We found love in the hopeless
place.
Aku telah berada terlalu jauh. Mungkin tepatnya
terperangkap dalam sisa jerat yang dibuatmu dalam diriku dan jaring-jaring yang
tak kusangka kubentuk yang seharusnya berguna untuk balik memenjarakan jeratmu,
justru berputar seperti bumerang, mengenaiku, menghantamku, menghancurkanku,
kembali padamu.
Kuputar sebuah lagu, lagu yang tak pernah kuperhatikan
liriknya ketika penyanyi melantunkannya. Lalu, entah mengapa, di suatu siang,
ketika aku membaca salah satu kalimat di akun sosialmu, aku merasa aku mengenali
kalimat itu. Aku pun tersadar, itu sebuah lirik lagu yang kerap kali terlintas
melewati gendang telingaku tapi tak pernah berhenti untuk terserap oleh otakku
yang terlalu penuh dan sesak akan tebaran namamu.
Ini terlalu berlebihan. Maka itu, aku sadar, aku
terlempar begitu jauh. Ini liburanku, liburan keduaku yang anehnya, bahkan
sebuah kata berharga ‘liburan’ ditengah waktuku yang begitu sibuk terasa tidak
cukup menutupi dan mendorong namamu dan ingatanku akanmu. Ingatanku tidak
pernah berlibur untuk mengingatmu. Berkali-kali aku berjanji untuk melepas
diriku darimu atau melepasmu dariku hanya berupa gertakan yang menyulitkan tapi
tidak menghentikan.
Be the one that i can waiting
for...
Kini segalanya hanyalah pertanyaan yang menggantung di
udara. Layaknya pertanyaan yang menggantung menanti jawaban, aku pun
menggantung di suatu keadaan yang tak bisa kulukiskan dengan goresan penaku;
menantimu, menunggumu...ketidakmungkinan yang kau tawarkan dalam tatapan mataku
mungkin cukup keras menghantamku, tapi, tak cukup mengubah rasa yang pernah
kamu tawarkan padaku, walau kini itu berupa kepingan, namun, ada kalanya
genggaman tangan ini terus menjaganya...
0 Comments:
Post a Comment