I used to think one day we’d tell
the story of us. How we met and the sparks flew instantly…
Suatu
waktu, aku menemukan lagu yang melantunkan kisah kita. Cerita tentang kita.
Tentang bagaimana aku berpikir untuk menuliskan rasa yang pernah ada, yang
kemudian harus lenyap sebelum sempat aku mengatakan rasa itu cinta. Maka,
episode Fall ini tercipta. ‘Tuk kubiarkan ia bercerita tentang kita.
I used to know my spot was next to
you, now I’m searching the room for an empty seat…
Maka,
kisah ini dimulai. Saat aku berjalan memasuki ruang kelas, aku mencari bangku
kosong. Mungkin banyak bangku kosong yang menungguku untuk duduk, namun, aku
tidak mencari bangku kosong semacam itu. Yang kucari adalah bangku kosong di
sampingmu.
So many things that I wish you
knew, so many walls up, I can’t break through…
Lalu,
kita duduk di sebuah pertemuan penting. Kita duduk berhadapan. Dengan mudah aku
bisa menikmati senyum bisu dan mata teduhmu, tapi, jarak singkat di antara kita
seolah membentuk tembok besar yang sulit untuk kurangkak naik dan hancurkan
karena banyak hal yang aku ingin kamu tahu, tentang aku yang bergetar ketika
membisikkan namamu, tentang aku yang berpacu ketika menemukanmu, tentang banyak
rasa yang bermain ketika melihatmu…namun kamu tak pernah tahu.
Now I’m standing alone in a crowded
room and we’re not speaking…and I’m dying to know, is it killing you? Like it’s
killing me.
Aku
berdiri sendiri di sebuah ruang kelas ramai, dimana kamu ada di dalamnya dan
hanya mencipta bisu untuk melawan keramaian, sedangkan aku terpaku, tersiksa
lalu terbunuh oleh satu pertanyaan, mengapa kita tidak saling bertukar kata?
Aku tidak pernah melihat diam yang sesempurna ini. I’ve never heard silence
quite this loud.
See me nervously pulling at my
clothes and trying to look busy, and you’re doing your best to avoid me…
Kamu
pernah melihatku sibuk? Atau aku terlihat selalu sibuk di matamu? Karena aku
tidak bisa hanya diam menemukanmu satu ruangan denganku dan kamu dengan
sempurna menjadi patung manekin ketika sudut matamu mendapatiku.
I’m scared to see the ending. Why
are we pretending this is nothing? I’d tell you I miss you, but, I don’t know
how…
This is looking like a contest of
who can act like they careless. The battle’s in your hands now, but I would lay
my armor down if you’d say you’d rather love than fight.
Kita
benar-benar seperti tengah berlomba siapakah yang mampu menahan rasa ini lebih
lama. Tahukah kamu, menahannya hanya membuatku tertekan hingga merasa sesak?
Pada akhirnya, pilihan untuk memilih ada padamu karena kapanpun aku akan lebih
memilih cinta dibanding perang konyol ini. Namun, kamu memenangkan kontes. Tetap
mempertahankan rasa bisu ini. Menahannya hingga aku hanya bisa membisikkan kata
cinta saat jarak membuatmu tak mendengarnya.
And,
the story of us looks a lot like tragedy now. The end.
Sebuah lagu milik Taylor Swift, The
Story Of Us, yang menceritakan juga tentang kisah kita…
0 Comments:
Post a Comment