Monday 13 January 2014

Fear


“Hidup; seperti turun pada stasiun persinggahan yang besar, menunggu masinis maut menjemput kita dengan kereta. Lalu, melakukan perjalanan panjang yang sebenarnya. Maka itu, pastikan jangan tersesat dan membawa perbekalan yang cukup.” – di kala aku yang tengah meributkan perubahan. Bagaimanapun, hidup ini akan mengubahmu, walau kamu tak ingin berubah.
Kau tahu. Tidak mudah untuk sekedar mengucapkan hello 2014, thanks 2013.  Setidaknya, untukku. Malam tahun baru, aku menghabiskannya dengan menginap di rumah sahabatku. Memanggang roti, sosis, ayam, jagung dan lainnya. Duduk di halaman rumah sambil mendengar petikan gitar yang dimainkan sekelompok teman laki-laki. Memandangi malam berbintang. Dengan latar suara tawa, cekikikan geli, lemparan canda dan berisiknya obrolan. Sebuah malam yang gemerlap dengan bungkusan kebersamaan terindah bernama persahabatan. Selalu ada yang spesial. Menunggu pukul dua belas tengah malam, ikut dalam pesta kembang api sedunia. Bermain dan berlaku selayaknya anak kecil yang berhasil begadang semalam suntuk untuk pertama kalinya. Ini malam tahun baru, bukannya selalu begitu?
Tapi, sekali lagi, kau tahu. Tidak gampang untuk sekedar mengucap come here 2014, good bye 2013. Setidaknya, untukku. Ketika teman-teman lelaki tengah merebahkan dirinya di halaman rumah, memutar lagu sendu dan muali memetikkan gitar. Aku diam, memaku pandangan pada langit yang tengah menyiapkan diri untuk sebuah parade tahunan. Lalu, aku ingat. Begitu jelas. I remember it, all too well. Sebersit tanya menggores di cakrawala hitam malam itu, juga dihembuskan desir angin, membisik padaku pelan; akankah aku kehilangan ini semua? Bercengkereama dan bercanda tawa tanpa ingin tahu apa yang disiapkan masa depan. Tanpa peduli bagaimana masa lalu menghantui. Tanpa menggelisahkan masa kini.
Namun, sudah kukatakan sebelumnya. Tidak mudah untuk sekedar untuk mengucap hi 2014, see you 2013. Setidaknya, untukku. Aku menemukan banyak hal di persimpangan akhir tahun. Tentang banyak hal yang tidak seperti yang kupikirkan. Tentang kebutuhan untuk selalu diingat.
“Kamu mungkin tidak akan mengingat kita lagi nantinya. Awalnya, hanya berkas-berkas silam. Lalu, lama-lama memudar. Hilang sama sekali,” celetuk salah satu temanku. Aku menggeleng, siap menyanggah.
“Tidak. Sebab, untai kenangan, inci kebahagiaan, rangkai canda tawa dan derai manis hidup, adalah tentang kalian semua. Karena, tak akan ada kisah tanpa adanya kalian.”
Lalu, kami tertawa bersama. Ini malam tahun baru. Kegelisahanku terjawab. Aku sadar pasti, ini semua akan berakhir. Cepat lambat. Aku akan kehilangan ini semua. Tepatnya, kehilangan momen itu. Waktu itu. Malam itu. Detik itu. Pertemuan itu. Tapi, aku tidak akan kehilangan kalian semua. Cinta itu tetap ada. Selamat tahun baru.
This entry was posted in

0 Comments:

Post a Comment