Monday 8 February 2016

Obral-Obrol Tentang Memesan 'Bicara Cinta'



“...aku baru saja ke toko buku, katanya stok bukunya sudah kosong. Jadi, aku harus cari ke mana? Bisa beli langsung ke kamu saja?”
Pesan tersebut kuterima bahkan sebelum special order kuluncurkan, temanku sudah melesat pergi ke toko buku, sedangkan buku belum selesai dicetak. Aku benar-benar terkejut, ia benar-benar menunggu bukunya rilis.
“...bisakah pastikan aku menerimanya sebelum sebelas Februari? Aku ingin menghadiahkannya pada kekasihku.”
Dan, seseorang tersebut adalan pemesan pertama, membayar pada detik itu juga, dan tersenyum bahagia membayangkan kekasihnya menerima Bicara Cinta. Aku tertegun.
 “...sisakan satu buatku, ia akan jadi bahan bacaan yang menemaniku sepanjang liburan nanti.”
Salah satu harapanku adalah buku ini bisa jadi temanmu ke mana saja, dan terima kasih karena ia benar-benar menjadikannya kawan perjalanan.
“...satu-satunya alasanku mengapa memesan dan membelinya karena kamu, Ver. Kamu yang menulisnya.”
Aku menerima banyak pesan yang serupa, dan aku terdiam depan layar ketika membacanya.
“...buatlah kejutan di pesannya buatku. Bibirmu, jangan lupa.”
“...aku pesan ya! Sebab aku tahu itu caraku mendukung dan mengapresiasimu.”
“...aku percaya padamu untuk menulis pesannya, teruntuk istriku.”
“...sebentar, kutanyakan dulu alamat kekasihku. Bukunya nanti dikirim  atas namanya, memang untuknya.”
Semuanya, percayalah, i’ll make it sweet
Kira-kira itulah sebagian pesan yang kuterima saat mengurus ‘special order’ buku Bicara Cinta yang dibuka sekitar enam hari lamanya (yang kadang kala pesannya datang dengan permintaan lucu-lucu, misal cap bibir, jejak kaki, dan lain-lain). Pesan-pesan singkat yang masuk silih berganti (baca: jumpalitan) ke ponselku dan Alberta Angela (si tukang gambar yang menjadi ilustrator buku). Cerita di balik layarnya, kita memang saling membagi tugas terkait pengemasan final, pendataan pesanan, hingga pembukuan keuangan, - namun akhirnya kita akui; kelabakan. Sejak awal kita sudah mengiranya, ketika memutuskan untuk membuat sesi special order kecil-kecilan yang kita urus sendiri dari A sampai Z. Tapi, lelah-lelah yang bertingkah itu lenyap tepat saat aku menerima pesan-pesan tersebut. Kamu tahu mengapa?

Karena ada cinta di sana.
Kamu menghadirkannya.
for those who joined the special order event, you'll got my signature

Kamu memesannya untuk dihadiahkan di hari penting saat ulang tahun ataupun pada tanggal merah jambu, dialamatkan pada diri sendiri agar jadi teman bersantai membunuh waktu, demi dukungan dan apresiasi pada si pembuat, hingga ditujukan kepada orang-orang yang dipanggil sayang.
Bicara Cinta benar-benar membicarakan cinta ketika ada di tanganmu. Kamu membuatnya hidup dan menyampaikan betapa kasih dan sayang hadir bergantian menjaga hati yang siap mencinta – tak peduli ia adalah kata kerja yang berteman dengan derita atau luka, yang penting ia hidup karena dua orang sama-sama menyuburkan dan menumbuhkannya.
Lalu, terima kasih sekejap saja kehilangan sandaran, karena ia bilang ini terlalu besar untuk ia wakili. Aku terharu – kubiarkan air mata jadi bahasa lain untuk menyuarakan aku mencintaimu.

you'll got this sweet postcard with special custom message from us, too
Kukatakan pada Alberta suatu hari, kita tak mungkin lelah, terlalu banyak cinta yang menunggu. Kamu dikelilingi olehnya, perlahan ia menebang habis lelahmu dan kamu bersemangat seperti saat kamu bangun di pagi hari untuk menemui orang yang kamu jatuhi cinta. Dan, begitulah kita kembali bangkit. Alberta sibuk mendesain kartu pos yang manis, dan aku meraba-raba kenangan dengan tiap nama pemesan untuk ditulis di atasnya – nyatanya itu pekerjaan yang tidak mudah, aku membongkar-ulang ingatanku tentang sebuah nama, dan membayangkannya. Seperti ini; aku menemukan nama teman kecil sepermainanku yang memesan, ketika menulis pesan untuknya aku terlempar sekali lagi saat bersepeda di sore hari bersamanya mengeliling kompleks perumahan dengan sekantung es kelapa di tangan. Lalu, berganti seorang nama pemesan asing tak kukenal tapi ia katakan ini untuk istrinya, untuk kekasihnya, dan untuk-untuk lainnya, aku membayangkan buku ini tiba di depan pintu rumah seseorang tersebut, diterima dengan pandangan bertanya lalu tersenyum kecil mengetahui ini kejutan untuknya yang istimewa.


Hem, dan satu lagi, buat kamu yang meminta cap bibir, kira-kira begini pesan yang akan kamu terima (kubocorkan di sini)

“Apakah kau tahu bibirku bukan untuk halaman-halaman buku? Jika tidak, kusarankan  lebih baik kau tanyakan pada bibirmu.”

Pelukku untuk kamu semua. Sila menunggu bukunya sampai menyapamu, dan selamat berbincang mengenai cinta, bersamanya.

2 comments: