Friday 18 March 2016

'Menguping' Isi Bicara Cinta



Banyak yang salah mengira, “Bicara Cinta” adalah novel. Sesungguhnya, buku “Bicara Cinta” adalah buku self improvement/inspiratif, yang berarti masuk ke kategori nonfiksi. Isi di dalamnya berwarna-warni meminang pelangi, dan tidak hanya kutipan-kutipan yang bertebaran di tiap halamannya. Ada yang lain, misalnya tiga hal ini:
potret buku 'Bicara Cinta' diambil dari akun instagram @novina93
 1. #TemukanCintaLewat

Sejak awal membuat naskah ini, aku dan Alberta Angela sontak setuju, ketika kita membicarakan soal rasa, ia tak melulu tentang perkara kekasih saja. Ia lebih universal – saking luas dan besarnya sebentuk rasa itu, kadang kali kita keliru memperlakukannya. Akhirnya kita sepakat, membuat sebuah tagar sebagai kampanye kecil-kecilan dari ‘Bicara Cinta’ yakni #TemukanCintaLewat, yang mengajak para pembaca, termasuk aku dan Alberta sendiri untuk menangkap kejadian sederhana dan tindakan kecil yang sesungguhnya mengawali hadirnya kasih dan sayang dalam cinta. Sebab, wujud cinta bukan selalu berbentuk kiriman pesan singkat dari pacar tersayang yang menanyakan sudah makan apa belum, tapi bisa saja lewat senyum kecil orang asing yang kita temui di jalan di trotoar menuju kantor/kampus. Atau lewat momen-momen lainnya, yang saking sederhana dan kecilnya, sering kali luput dan terabaikan karena rutinitas yang menimbuninya. ‘Bicara Cinta’ berusaha memotret itu, mengajak kamu juga ikut serta bersamanya, menyadari cinta yang mengudara.

2. Episode #Tentang

Jujur saja – dan buat kamu yang setia dan sering kali mengikuti tulisan-tulisanku baik di blog, novel, maupun cerpen-cerpenku, kamu mungkin sudah tahu – aku suka sekali memnuliskan kenangan-kenangan. Kebiasaan itu juga kutuangkan ketika menulis nonfiksi di Bicara Cinta lewat tagar #Tentang, serta lembar-lembar nostalgia.
Ada tiga topik tentang tiga sosok yang kutulis untuk mengundang kenangan #Tentang mereka pada para pembaca – pada kita semua. Tiga sosok yang begitu akrab dan dekat dengan kita; Ayah, Ibu, dan Guru. Kira-kira kapan terakhir kita benar-benar menghadirkan sapa dan temu yang utuh pada mereka, lalu mengulang kenangan, memelihara cinta yang pernah ada. Dan, aku kerap berkaca-kaca ketika menulis ketiganya. Ada rindu, di sana. Masih basah.

3. Cerita Mini #Perihal

Pada tagar #Perihal dalam buku ‘Bicara Cinta’, aku berbincang tentang suatu tema tertentu dan bagaimana rasa berperan di sana. Ketika menulis #Perihal, aku lebih banyak ‘semedi’ dan hening sejenak lebih lama dibanding menulis kutipan. Alberta juga kerap membantuku – ia sering bercerita soal kenangan-kenangannya dengan orang-orang, lalu kuinterpretasikan, kuterjemahkan, kutulis dalam #Perihal. Aku sendiri paling suka #PerihalSepasangMata – itu membuatku teringat pada mata yang punya banyak cerita. Bagaimana denganmu?

0 Comments:

Post a Comment