Sunday 30 April 2017

Aku (Tidak) Menerima Pigura Kosong Darimu Kemarin


aku menerima pigura kosong darimu kemarin. dengan tiga alasan. kamu bilang mungil bentuknya mengingatkanmu pada tubuh kecilku yang bisa kamu lipat masuk kantong. pula, ada kunci yang wujudnya bagai pembuka gembok buku-buku diari, katamu itu simbol-simbolan semacam you’re the key to my heart. atau, inilah yang paling penting: karena kita pernah jalan-jalan ke sebuah museum yang memajang benda-benda yang menimbulkan perasaan-perasaan terlarang, dan aku memilih bingkai tanpa foto sebagai favorit ketika ditanya oleh si kurator. ingatan-ingatan semacam itu yang membawamu pada pigura kosong dan aku.
 tapi kekasih, aku punya ingatan lain. 
pigura itu memajang kelapangan untuk perasaan yang sebegitu luasnya, sebegitu dalamnya
aku menerima pigura kosong darimu kemarin. dulu itu, si kurator sempat bertanya kenapa. aku bilang, bingkai tanpa potret itu seakan memajang kekosongan – cocok buat sebuah rumah yang ruangannya terasa lenggang oleh kehilangan, beranda yang lampunya rusak dan enggan diganti, serta yang dindingnya ditempeli harapan-harapan yang sudah lama aus dan jadi kenangan yang menyerah. bingkai semacam itu akan menyenangkan diletakkan di sana, mungkin di atas bufet berpelitur yang debunya tebal, atau digantung bersama foto silsilah keluarga yang tidak lengkap. dan orang yang menghuninya setiap hari mengandung perasaan ganjil seperti permainan bingo yang tidak selesai. selain itu, kamu sempat melontar tanya mengapa. aku jawab, bingkai yang absen dari foto itu seolah mengajak siapa pun yang memandanginya untuk mengisi sendiri pigura itu dengan bayangan kenangan masing-masing. ia terbuka untuk segala peristiwa dulu atau pun andai-andai besok. pigura yang istimewa. ia bisa paling cocok berada pada dekap sembunyi kesedihan, tapi juga membuka lengan bagi imaji-imaji liar dan paling bahagia sekali pun.
 tapi sayang, aku punya alasan lain.
pigura itu memajang kekokohan untuk perasaan yang sebegitu kuatnya
aku tidak menerima pigura kosong darimu kemarin. sebaliknya, aku menerima pigura penuh darimu satu hari yang lalu. ia kecil, tapi tak pernah terlalu sempit untuk mengisi ingatanku yang lain: kalau kamu memilihnya karena pernah ada cerita tentangku di sana, itu pikiran-pikiran yang mampu membingkai senyum tiba-tiba. dan aku memutuskan menyimpannya sebab ia adalah kepingan kecil darimu, memilikinya adalah kesederhanaan yang menyenangkan. ia ramai, tapi tak pernah terlalu bising untuk memeluk alasanku yang lain: ia tidak sepi seperti pigura yang dipamerkan di museum hingga kubilang cocok diberi rumah yang lengkap dengan segala kehilangannya. ini pigura polos darimu yang punya tempat paling cocok di pojok meja kamar tempat barang-barang favoritku berumah. ia tidur dan sesekali berdiri, sekadar mengingatkan kalau kita berdua butuh punya foto bersama untuk membuatnya jadi lebih sempurna.
sayang, kekasih. apa pun tentangmu dan darimu, bagiku sudah utuh, aku tak butuh lagi yang lain.  

1 comment:

  1. Terharu 😢...
    Kece banget penyampaian maknanya, dalem ya bu vero 😂

    ReplyDelete