tag:blogger.com,1999:blog-80732046309666566282024-03-18T10:02:03.144+07:00MemorabiliaEtalase KenanganVeronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.comBlogger391125tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-37460408259389985182023-11-12T16:54:00.002+07:002023-11-12T16:55:07.135+07:00Langkah-langkah (Tidak Ampuh) untuk Melupakan<p>Sebulan belakangan, aku sedang berusaha melupakan seseorang. Dan, ini hal-hal yang kupelajari tentang hal tersebut. </p><p></p><ul style="text-align: left;"><li>Saat ingin menghilangkan dia dari kepalamu, yang kamu lawan justru dirimu sendiri bukan dia. Dan, itu adalah peperangan yang sangat sulit dimenangkan. </li><li>Kamu tidak bisa mengatakan pada diri sendiri 'sedang melupakan'. Tubuhmu yang berpatah hati tak mampu menerima negasi, sebaliknya, kepalamu justru melemparimu terus-terusan dengan namanya. </li><li>Lagu-lagu cinta picisan mendadak terdengar seperti ucapan selamat tinggal yang diulang-ulang. </li><li>Usaha kerasmu untuk menghindari tempat-tempat yang mengingatkanmu padanya, justru membuat dia muncul begitu dekat denganmu: di mimpi-mimpi paling asing, ganjil, dan liar. </li></ul><div style="text-align: left;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhzrJBX0jhoApX-8fus1bcv9M6DUVpkfbvf3lZrf1CXm3OMzmGm0tXF0a5dJI5i4TkxxsnspI2HanoG7870rwgGF26GABZbFSUucnQdXjXKPubLzWHTNT4LpNe4GVOh1tiN0HugdByQ5ur4difgg_ESJihBw4NH_Nes14Dtr2gefoa1zLnqoi54-4Gpp3E" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" data-original-height="667" data-original-width="1000" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhzrJBX0jhoApX-8fus1bcv9M6DUVpkfbvf3lZrf1CXm3OMzmGm0tXF0a5dJI5i4TkxxsnspI2HanoG7870rwgGF26GABZbFSUucnQdXjXKPubLzWHTNT4LpNe4GVOh1tiN0HugdByQ5ur4difgg_ESJihBw4NH_Nes14Dtr2gefoa1zLnqoi54-4Gpp3E=w320-h214" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto:<a href="https://unsplash.com/photos/blue-balloon-in-the-middle-of-the-city-during-night-time-jCEBq31xE_M" target="_blank"> Steven Lozano (Unsplash)</a></td></tr></tbody></table><ul><li>Waktu paling menyiksamu adalah ketika berada di atas ojek yang membawamu pulang kerja dan menembus bisingnya jalanan Jakarta dikelilingi barisan gedung-gedung tinggi. Rasanya begitu ramai, juga begitu sendiri. </li><li>Paksakan pada dirimu bahwa hanya kamu yang punya rindu banyak, sementara dia tidak. Semoga berhasil. </li><li>Hindari perjalanan jauh menggunakan kereta sore atau malam, itu akan memperburuk keadaan. Kepalamu akan sibuk sekali berandai-andai dengan segala kemungkinan. </li><li>Tidak ada cara terbaik untuk melupakan, percayalah. Kita tidak akan pernah bisa melupakan seseorang kecuali kamu amnesia seperti plot cerita sinetron-sinetron. </li></ul></div><p></p><p>Kupikir yang perlu dilakukan sesederhana memahami bahwa kamu perlu hidup dengan kehilangan ini, bahwa ada bagian-bagian dalam semesta yang tak bisa kita miliki salah satunya: dia. </p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-3640944617465959072023-10-30T15:53:00.005+07:002023-10-30T15:53:35.168+07:00Aku Terlambat<p>Hampir tengah malam. Aku mematikan TV kamar yang masih menyala menayangkan sinetron favorit ibu, lalu duduk di pinggir kasur. Harusnya aku tidur jika tidak ingin dihantui kamu, tapi aku justru memutar Fools Garden tanpa henti. Mengulang-ulang suara gelas pecah di antara musik itu - <i>yang selama ini kucurigai sebagai bunyi jendela kaca mobil yang hancur menabrak pohon lemon. </i>Ini lagu yang kita nyanyikan bersama-sama sebelum tidur, ingat?</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3gUOhs4CJU0vf0HWv42uWaZPUtRLMXRQnkhAuE4mYljZ_R3hELa0lfWBuUCIQ4Omx4Vgg_IuMqzMvGlZL-r5-tu0WVhJ0FuJzUP0OfssWFB-TL5nOVAEljj6t3SYXKS0F4XC-kCrHbbBvpQIJRPAzaQF9iSReUonHT7oWsv2uSx-ubkGIM0jZ3aUyG_4/s800/GO_Train_sunset.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="533" data-original-width="800" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3gUOhs4CJU0vf0HWv42uWaZPUtRLMXRQnkhAuE4mYljZ_R3hELa0lfWBuUCIQ4Omx4Vgg_IuMqzMvGlZL-r5-tu0WVhJ0FuJzUP0OfssWFB-TL5nOVAEljj6t3SYXKS0F4XC-kCrHbbBvpQIJRPAzaQF9iSReUonHT7oWsv2uSx-ubkGIM0jZ3aUyG_4/w400-h266/GO_Train_sunset.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber gambar: <a href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:GO_Train_sunset.jpg" target="_blank">Wikimedia</a></td></tr></tbody></table><br /><p>Jarum panjang jam sebentar lagi merapat ke angka dua belas. Jantungku mulai berdebar - belakangan ini tubuhku yang berpatah hati memang tidak kuat begadang. Namun, aku tetap menolak lelap. Aku merogoh kotak obat dan bungkus rokok kosong dari bawah kasur, mencari sisa-sisa aromamu di sana. Itu yang masih ada di antara banyak kemeja kerjamu yang dibuang ibu - <i>kami memang punya cara berbeda dalam menghadapi kehilanganmu. </i></p><p>Malam kian larut, dan musik sudah berganti ke lagu-lagu picisan yang anehnya di telingaku terdengar seperti selamat tinggal. Aku berdiri di depan kalender. Sebentar lagi November. Sejak kamu pergi tiga tahun lalu, bulan itu selalu datang dengan segala kabar buruk. </p><p>Bagaimana tidak? Tiga tahun lalu, aku dibangunkan pada jelang satu pagi untuk mendengar kamu tiada dan meninggalkan teka-teki di kedalamanku apakah kamu diracun di apartemen itu. </p><p>Kusentuh angka 20, menekannya hingga kertas kalender itu koyak di tengah. Ini bukan film yang mungkin saja kamu hidup lagi. Mustahil ada seseorang dengan wajah mirip kamu yang muncul lagi besok dan berkata ini hanya lelucon. Aku tertawa dan membiarkan kedukaan memenuhi rongga dadaku hingga sesak. Aku menangis dan merayakan kepergianmu.</p><p>Tidak ada lagi deru mesin motormu di depan rumahku, atau kicau burung yang kaupelihara di teras. Kamu memang sudah tiada dan memaksaku memahami bahwa mengatakan cinta bukan sekadar saat aku sempat, weekend nanti, atau sehabis meeting ini, tapi…sekarang. Dan, aku terlambat, ayah. </p><p><i>Memperingati tiga tahun ayah berpulang</i></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-3125534552366579072023-08-27T16:07:00.002+07:002023-08-27T16:10:02.643+07:00Pulang ke Rumah Masing-masing<p>Sudah hampir sebulan, apa kabar? </p><p></p><blockquote>Kami berubah dari rekan akrab dalam semalam menjadi orang asing yang pura-pura tidak kenal jika bertemu di supermarket kota. </blockquote><p></p><p>Aku dan dia kembali di tempat masing-masing, mengurusi pekerjaan yang bisa membuat hari jadi lebih pendek sekaligus panjang. </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvLnGnvp7Cw6d6qu23NyQVHcskj9Y1sgjKqp_bJpf7S5hX2G9hTk_A99Yi82RlI2Wv1imzSXGDx2kxbZVKH3w_Oz6kc6G4WE_f2qiQGWdc8fzx8MvSxhL8aziRgxggJ3SjY6VtItm18pxOAuHCUClhO0UMLdTjFZbD8GecVDm1CZi_5Uu8rMzWS2awVdY/s612/istockphoto-1221283035-612x612.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="612" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvLnGnvp7Cw6d6qu23NyQVHcskj9Y1sgjKqp_bJpf7S5hX2G9hTk_A99Yi82RlI2Wv1imzSXGDx2kxbZVKH3w_Oz6kc6G4WE_f2qiQGWdc8fzx8MvSxhL8aziRgxggJ3SjY6VtItm18pxOAuHCUClhO0UMLdTjFZbD8GecVDm1CZi_5Uu8rMzWS2awVdY/w400-h266/istockphoto-1221283035-612x612.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: Getty Images</td></tr></tbody></table><p>Walau sesekali aku masih menemukan dia di mana-mana - <i>di kursi kosong dekat dinding kaca sebuah kedai kopi, di antara harum donat yang baru ke luar dari panggangan, dari teriakan barista memanggil namaku dengan keliru, di depan etalase kue yang membuatku kebingungan memilih, </i>dan…inilah tempat aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya. </p><p>Dia mengenakan hitam, yang saat ini kupikir sangat cocok untuknya. Warna yang sama dengan manik matanya - hitam, bukan coklat, apalagi biru laut. Hitam sama seperti malam, tanpa bintang, bulan, atau awan. Hanya hitam - seperti ruangan tanpa lampu tempatku menyembunyikannya rapat-rapat dan merindukannya dalam diam. </p><p>Sudah lewat sebulan, apa kabar? Kami berubah dari teman akrab dalam sehari menjadi kenalan jauh yang punya janji temu tapi tak pernah terwujud. Aku terus mengosongkan jadwal pada tanggal-tanggal tertentu, berjaga mungkin saja dia akan mengirim pesan untuk membahas apa-apa yang belum usai. </p><p>Namun, nama dia tetap bergeming di urutan pesan masuk paling bawah. Sementara namaku hanya pernah terlintas di surat kontrak kerja yang dia siapkan. Selebihnya hanya mimpi-mimpi janggal dan pengandaian-pengandaian tentang…</p><p><i></i></p><blockquote><p><i>pertemuan lebih awal</i></p><p><i>kesempatan-kesempatan lebih banyak</i></p><p><i>dan </i></p><p><i>keberanian untuk bilang </i></p><p><i>bisa jadi, </i></p><p><i>aku jatuh cinta</i></p></blockquote><p style="text-align: justify;">Sudah lama sekali, apa kabar? Tidak ada jarak yang dilipat dengan kami melihat bulan yang sama. Semesta sudah terang-terangan memberi tanda bahwa aku dan dia tidak dipertemukan untuk memiliki satu sama lain. Tapi, tenang saja. Nyatanya aku baik-baik saja, kuyakin begitu juga dengan dia. </p><p style="text-align: justify;"></p><blockquote>Dia - <i>sering kali aku menyebut namanya pelan-pelan, lirih, dingin -</i> seperti mengucapkan selamat tinggal pada orang yang sudah berjalan jauh dan tidak menengok lagi ke belakang. </blockquote><p></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-80538163490427084842023-07-28T21:24:00.002+07:002023-08-27T16:07:27.967+07:00Kereta Malam dan Hal-hal yang Tidak Akan Kumiliki<p style="text-align: justify;">Dalam sebuah perjalanan kereta jarak jauh, aku melihat lanskap gunung berganti cepat dari balik jendelaku yang kebetulan buram. Aku menyandarkan kepalaku, mengeluarkan ponsel dan memutar Banda Neira. Kini pemandangan sudah berganti hijau hamparan sawah. Tiba-tiba saja aku berpikir, <i>rasanya seperti dia.</i></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5UZhW6f7DjIcZQvFh5gPwhllogOxD8t9VGZorFvL33G4vCy6E2Z_T2PMpA22aXUPs8-jcmC7sjEQt4cXEQF7ysikU9Yl-NC5G9DFJjH2FjBlFqKTl5IUntvsNsTYTq8jglEh0_R37y2uhnC0HN7obXw_zgLZaAvipp5BFr9bQyiSX9ZEPAlSw-9Bftcs/s1000/photo-1519692958672-ee66611a9f40.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1000" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5UZhW6f7DjIcZQvFh5gPwhllogOxD8t9VGZorFvL33G4vCy6E2Z_T2PMpA22aXUPs8-jcmC7sjEQt4cXEQF7ysikU9Yl-NC5G9DFJjH2FjBlFqKTl5IUntvsNsTYTq8jglEh0_R37y2uhnC0HN7obXw_zgLZaAvipp5BFr9bQyiSX9ZEPAlSw-9Bftcs/w400-h266/photo-1519692958672-ee66611a9f40.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto: Unsplash</td></tr></tbody></table><br /><p style="text-align: justify;">Sejak dulu, aku percaya jika setiap orang hadir dengan tugas dan tujuannya masing-masing. Kamu di sampingku dan aku belajar cara mencintai. Dia dekat di sini untuk singgah dan ajarkanku cara melepas dengan utuh; tanpa setengah-setengah, tanpa ampun. Dan, karenanya, izinkanku bicara tentang dia - <i>setidaknya untuk terakhir kalinya. </i></p><p style="text-align: justify;">Aku tidak pernah menemukan gambaran yang tepat untuk mendeskripsikannya. Kami hanya memiliki kurang dari tujuh hari. Tidak ada ruang, apalagi waktu, untuk berhasil. </p><p style="text-align: justify;"></p><blockquote>Semesta memaksaku memahami bahwa ada hal-hal yang tak akan jadi milikku. Dan, merawat apa yang tersisa adalah sebaik-baiknya yang bisa kulakukan, atau jika tidak, aku hanya menemui kehilangan.</blockquote><p></p><p style="text-align: justify;">Langit jingga mulai pekat. Malam sudah mampir dan aku belum juga sampai. Lalu, kupikir usaha coba-coba untuk mencintai dia seperti berjalan ke luar kamar di tengah malam. Aku melangkah dalam diam, penuh hati-hati, khawatir menimbulkan bunyi dan membuat yang lain bangun - yang membuatmu tahu. Itu jalan yang sederhana, sebentar, tapi berbahaya. </p><p style="text-align: justify;">Beri aku satu kesempatan lagi untuk membayangkan dia sebelum aku menutup tulisan ini dan membiarkan semua yang kupunya untuk pergi. Dalam beberapa waktu, aku sering merasa dia mirip laut. Dia punya pandangan yang benar-benar teduh - <i>sama ketika kita memandang jauh ke laut luas dan merasa tenang</i> - sampai kupikir aku bisa berlindung di balik mata itu pada hari hujan. </p><p style="text-align: justify;">Tapi, sama seperti laut, sayang. Aku tak pernah benar-benar tahu apa yang ia simpan. Ombaknya penuh kejutan, dalamnya selalu mampu menenggelamkan. </p><p style="text-align: justify;"></p><blockquote>Menurutku, salah satu cara menikmati laut adalah diam memotretnya dalam ingatan, menyimpannya baik-baik, dan membukanya lagi ketika rindu. Itulah caraku memperlakukan sesuatu yang kusukai tapi tak mungkin kubawa pulang ke rumah. </blockquote><p></p><p style="text-align: justify;">Perjalananku masih jauh. Apa yang ada di luar jendela sekarang sepenuhnya hitam, bintik-bintik cahaya dari lampu kota atau desa tampak seperti kunang-kunang. Kupikir ini waktunya aku mengakhiri bagian yang bahkan tidak sempat dimulai. Sebab, dia datang memang untuk kulepas sesegera mungkin, sebelum aku membunuh apa yang ada di antara kamu dan aku. </p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-59870537731078527522023-07-21T16:39:00.008+07:002023-08-27T16:07:42.374+07:00Mencari Pintu Labirin<p>Sayang, beberapa bulan lalu aku menemui seorang lelaki di sudut kafe. Aku dengannya duduk bersisian dengan dinding kaca, membicarakan proyek panjang yang kupikir akan melelahkan tapi dia membuatnya terasa seperti permainan baru untuk kutaklukan. </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_9i0Y4__gkI08EY8DjevcEYgn4Pux_Twg31HESyI3z45KZ2QAz-djKwpvp62fo1up5pjGnd5FnIoPtPXadDBgRo_W24Dp-wkJIM2PFTDe_67vQpxkG5YhRfOu6I1iwXxA2n29qLCfoJXTMRC9Zl_MS7sQn1zC-O_Y-FUrLTHBE61EIsHfFIuBm0y_ZGY/s509/istockphoto-1151602616-170667a.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="339" data-original-width="509" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_9i0Y4__gkI08EY8DjevcEYgn4Pux_Twg31HESyI3z45KZ2QAz-djKwpvp62fo1up5pjGnd5FnIoPtPXadDBgRo_W24Dp-wkJIM2PFTDe_67vQpxkG5YhRfOu6I1iwXxA2n29qLCfoJXTMRC9Zl_MS7sQn1zC-O_Y-FUrLTHBE61EIsHfFIuBm0y_ZGY/w400-h266/istockphoto-1151602616-170667a.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Credit: Getty Images/iStockphoto</td></tr></tbody></table><p></p><p></p><blockquote>Dalam banyak diskusi, pandangan-pandangannya mengingatkanku padamu. Dalam berbagai pertemuan dan perjalanan intens, keputusan-keputusannya terasa seperti kamu. Entah aku rindu kamu atau memang dia akan jadi kesalahanku. </blockquote><p></p><p>Sayang, terlalu dini untuk bilang aku mencintainya. Bagaimana harus kugambarkan ini? Rasanya seperti ada yang bilang padamu kalau bintang malam yang kita lihat di langit sebenarnya sudah lama mati. Padahal, nyatanya tidak. Bintang yang jaraknya masih bisa kita temui dalam mata telanjang, ia masih hidup. Kita hanya meyakini hal yang sama sekali salah - <i>kuharap seperti itu. </i></p><p>Saat ini, aku menaruhnya jauh di kedalaman diriku - bagian yang tak kujangkau, jika iya pun, adalah boks yang kukunci rapat. Tersembunyi darimu, juga dari kita. Jadi, jika kamu baca tulisan ini, jangan khawatir. Dia - seharusnya - tidak akan mengusik kamu dan aku. Sebab tiada yang tumbuh, apalagi mulai. Aku menekannya kuat-kuat. Ia kupastikan mati sejak kutahu aku punya kamu. </p><p>Sayang, kuakui dia menghantuiku dalam beberapa lagu yang kuputar. Dia tidak ada di sini - dan tak akan pernah, tapi bayangannya ketika bicara tentang dunia, impiannya, hingga pemikiran-pemikirannya terus berputar bagai kaset musik yang rusak. Rasanya seperti mengisi kekosongan di antara pertemuan kita yang jarang dan dingin. </p><p></p><blockquote>Suatu waktu kamu bilang, mencintaiku adalah jebakan. Kamu menjebak diri dalam labirin yang kamu sendiri tidak tahu di mana pintu ke luarnya, tapi kamu menikmatinya sebab kamu terkunci bersamaku. Kamu sukarela hidup dalam jebakan itu. Malam ini, tiba-tiba saja aku berpikir, mungkin kamu memang benar. Hanya saja, aku khawatir sekarang aku tengah berusaha mencari pintu itu. </blockquote><p></p><br />Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-63523920242091167572023-07-19T18:11:00.009+07:002023-08-27T16:07:50.685+07:00Kita dan Komidi Putar<p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">Kita bertemu pada musim panas tujuh tahun lalu. Sejak itu, langit biru dan air hangat jadi ‘waktunya kita’. Namun, suatu hari hujan. Dinginnya diam-diam memasuki selimutku, menggelitik tengkuk, meningkahi tubuh seakan bermain-main. Ia datang bersama mendung yang penuh ragu, tapi bagiku justru terlihat seperti tebak-tebakan. Penuh petualangan. <b></b></p><blockquote>Dan, secara rahasia ternyata aku menyukainya - <i>hal yang tak kukatakan padamu. </i></blockquote><p></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPMZs_a2MEB9mAhNfIILVWubIqsJLtZNF4D7MOE6wvEdcOSt7_kUkbj29ArkDVZ7n4xoT0RFAjfNRGtsOL2LjuC4CVmmj--5tWig4BcdMYJDxWkMepZPpOcnhIuraMIhsuygaxkSwdik1JGNGGRfsqsCO3UWDBiNUm0zAjuTfv-fjAxOfqZwY-2tk8BbU/s1000/photo-1504578773124-6ad64f3c2a1d.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1000" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPMZs_a2MEB9mAhNfIILVWubIqsJLtZNF4D7MOE6wvEdcOSt7_kUkbj29ArkDVZ7n4xoT0RFAjfNRGtsOL2LjuC4CVmmj--5tWig4BcdMYJDxWkMepZPpOcnhIuraMIhsuygaxkSwdik1JGNGGRfsqsCO3UWDBiNUm0zAjuTfv-fjAxOfqZwY-2tk8BbU/w400-h266/photo-1504578773124-6ad64f3c2a1d.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span id="docs-internal-guid-6ade0267-7fff-5ef5-d55c-97970072d93c"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant-alternates: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space-collapse: preserve;">Photo by Alex Grodkiewicz</span></span></td></tr></tbody></table><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><br /></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">Hari ini, kamu datang dengan sekeranjang buah-buahan. Kita pergi ke tempat makan favoritku. Lalu, kubiarkan kamu memilih film untuk ditonton karena aku percaya kamu tahu apa yang kumau. Kata orang-orang, kamu memang musim panas. Kamu seperti matahari dengan agenda penuh kepastian. <b></b></p><blockquote>Kamu adalah kebutuhan, sementara dia hanya keinginan - <i>yang kusimpan rapat-rapat. </i></blockquote><p></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">Sayang, kamu pernah bilang keyakinanku ini konyol, bahwa saat Tuhan menciptakan perasaan cinta, Ia melakukannya sambil bermain dadu. Sebab jika tidak, bagaimana mungkin, aku sudah punya rumah lengkap dengan segala isinya, tapi aku memilih mencopot jendela-jendelanya dan membiarkannya terlihat ganjil dan pincang? <i>Sekadar karena itu baru dan terasa seru. </i></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><br /></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">Akhirnya, aku mengajakmu duduk di sudut kedai. Kusampaikan ini dengan berani di hadapanmu. Menyayangimu adalah bagian paling mudah. Mencintainya ibarat bermain api - aku perlu hati-hati. Mencintainya seperti aktivitas merokok yang kamu benci. Ia merusakku dengan rapi dan tertib, aku mengetahuinya tapi kesulitan berhenti. Ia candu yang berbahaya, yang sebaiknya kujauhi sejak dini, tapi justru makin kulakoni. </p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><br /></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">Bersamamu, aku mengarungi banyak kesempatan dan kemungkinan. Sementara bersamanya, hanya berupa pengandaian-pengandaian. Sebab dia adalah komidi putar. Menyenangkan tapi tidak ke mana-mana. Dia datang dari tempat yang sama sekali berbeda, singgah sebentar hanya sebagai ejekan semesta untuk mengujiku, apakah mencintai datang sepaket dengan kemampuan untuk bertahan? </p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><br /></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">Kopi tinggi gula yang kamu pesan, mendadak sisa setengah dan tidak kamu seruput lagi. Ia mendingin sementara kedai memutar lagu yang tak kita sukai. Segalanya terasa mengganggu dan kita ingin sama-sama mengakhiri ini, tapi tidak tahu cara pergi satu sama lain. </p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><br /></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"></p><blockquote>Kamu pun mencondongkan tubuh dan berbisik lirih. Kamu takut kamu telah terjebak. Aku terkekeh geli. Sementara aku takut jika kamu adalah pilihan semua orang, <i>kecuali aku. </i></blockquote><p></p><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre;"></span><p></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-22622910824660397952022-11-29T17:16:00.009+07:002022-11-29T17:22:18.478+07:00Cerita Pulih<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pandemi membuat berita kematian jadi makanan sehari-hari. Nyawa mendadak
berubah menjadi angka statistik. Semua aku saksikan dari layar kaca televisi
dan gulir layar ponsel setiap hari, tapi tak tebersit jika maut akan sampai
juga di sini. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Malam itu, November 2020, aku mendengar kabar berpulangnya ayah untuk
selamanya. Dokter bilang henti jantung, aku tiba-tiba saja hancur. Rumah
mungilku hanya tersisa aku bersama ibu sendiri. Tidak ada lagi bau tembakau
ayah yang bercampur aroma kopi pahit pada pagi hari, alunan musik berbahasa
Mandarin, hingga teriakan ayah bertanya mau sarapan apa hari ini. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Hidup yang sudah tidak baik-baik saja akibat dunia yang terjangkit
penyakit, kini makin terasa berat. Duka menyelimuti tiap sudut rumah,
kehilangan mengoyak jiwaku habis-habisan. Ditambah lagi pandemi yang
mengharuskanku berdiam tanpa ke mana-mana. Aku seperti terkurung dalam cangkang
yang memintaku menghayati kesedihan. </span></p><p style="text-align: left;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD05nXNR_8uOuSEshpGBJhsdOG5Rjj1QzowTdRRaSgyGINgVfV-RtFmo-hHgXaqB7sLivKvxBLDP3vmr6INvcZJAUcfqJ7nM90aelBaH27sIXs3MAKvxnVEcuXOXKhqSOAinRnT-fh8GAcMd5Z44OcHqF5dGg7MtHdILJz045Gp8m6uhL5EIZqV43j/s800/tumblr_8b0313256794cea727c1aa0904d1a992_f402bbb3_640.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="font-family: arial;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="640" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD05nXNR_8uOuSEshpGBJhsdOG5Rjj1QzowTdRRaSgyGINgVfV-RtFmo-hHgXaqB7sLivKvxBLDP3vmr6INvcZJAUcfqJ7nM90aelBaH27sIXs3MAKvxnVEcuXOXKhqSOAinRnT-fh8GAcMd5Z44OcHqF5dGg7MtHdILJz045Gp8m6uhL5EIZqV43j/w320-h400/tumblr_8b0313256794cea727c1aa0904d1a992_f402bbb3_640.jpg" width="320" /></span></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;">sumber foto: <a href="https://thewingedchild.tumblr.com/post/631243680871825408/embed" target="_blank">thewingedchild</a></span></td></tr></tbody></table></p><p><span style="font-family: arial;"><br /></span><span style="font-family: arial;"><span style="text-align: justify;"><br /></span></span></p><p></p><p style="text-align: left;"></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pada akhirnya, aku sering menangis tanpa alasan hanya dengan melewati
jalanan yang biasa kulalui bersama ayah, melihat cangkir ayah yang kosong,
kasur ayah yang mendingin, dan lainnya. Sampai suatu hari, kupikir ingin
menyusul ayah di surga. Saat itulah, ibu merangkulku dan bilang, “Kamu tidak
harus lari dari kesedihan, kamu menghadapinya.”</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Ibu mengajakku membereskan barang-barang peninggalan ayah. Kami
membongkar lemari baju, kotak obat, rak sepatu, dan lain-lain. Proses berberes
itu tak pernah usai, karena setiap kali satu barang ditemukan, kami akan
membahas kenangan tentang ayah. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Lalu, perlahan kami menantang diri sendiri menjalani hal-hal yang
biasanya dilakukan bersama ayah - pergi ke restoran vegetarian di kawasan
kuliner Kota Tangerang, mengisi bensin, menonton olahraga, mengganti bohlam,
memperbaiki motor ke bengkel, dan banyak lainnya. Aku paham ibu mencoba membuat
kenangan baru tanpa ayah denganku. Beliau mencoba hadir utuh seakan bilang,
ketiadaan ayah tidak membuat keluarga kami pincang. “Orang datang dan pergi,
yang tersisa selayaknya saling menemani satu sama lain,” ujar ibu. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Melihat ibu, aku pun belajar untuk bangkit. Aku menyibukkan diri dengan
pekerjaan dan proyek-proyek penulisan kreatif yang kusukai hingga mulai
menerima ajakan jalan bersama teman. Hari demi hari berganti, dan waktu
perlahan pun menyembuhkanku.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Kini sudah dua tahun lamanya sejak ayah meninggal, aku masih terluka,
tapi luka itu tak lagi sampai membunuhku. Semua berkat kekuatan dari ibu dan
penghiburan dari teman, sahabat, dan rekan sekitar. Aku belajar jika kehilangan
memang meninggalkan kesendirian dan kesepian, tapi ia bisa dipulihkan. Terutama
dengan kebersamaan tulus dari orang-orang terdekat. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Keluarga kecilku mungkin tak lagi lengkap pada libur lebaran ini, tapi
aku sudah merasa lebih hidup seiring dengan dunia yang perlahan sembuh. Ayah
mungkin tidak berada di dunia, tapi aku tak menganggapnya meninggalkanku.
Beliau hanya pindah dari semesta menuju surga dan hatiku. Penerimaan ini
membawaku pada kemenangan sesungguhnya - lepas dari kemelekatan, yang tersisa
hanya keikhlasan. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: left;"><span style="font-family: arial; text-align: justify;"><i>*Tulisan ini berhasil keluar sebagai 5 cerita pilihan Kompas dalam kompetisi 'Berbagi Kemenangan, Berbagi #CeritaPulihmu' yang bisa dibaca juga melalui <a href="https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/05/09/mengubah-nasib-usai-terpuruk-dihantam-pandemi" target="_blank">tautan di sini</a></i></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><span style="font-family: arial; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-10699292378617736532022-11-29T17:04:00.001+07:002022-11-29T17:04:17.842+07:00Melintasi Lorong Waktu di Sekolah<p></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm;"></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Kapan terakhir kali kita balik ke sekolah setelah lama lulus dari sana?
Kalau bukan karena urusan administrasi seperti legalisir ijazah dan sejenisnya,
mungkin tak akan terpikirkan untuk kembali. Aku pun demikian, bahkan sudah
hampir 8 tahun lamanya aku putus kontak. Sampai pada suatu siang, sebuah
panggilan dari nomor asing masuk ke ponselku. Telepon dari guru SMA-ku!</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Halo, Vero!” Suara dari seberang sana menyapaku ramah dan hangat,
rasanya seperti sudah akrab begitu lama. Awalnya aku mengernyit, tapi nada
berat dan tekanan di tiap akhir kata yang begitu khas, mengingatkanku hanya
pada satu orang.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Sir Andreas? Betul ‘kan?” tebakku tepat sasaran. Dugaanku benar karena
tawa keras dari balik telepon jadi jawabannya. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Kok Vero bisa ngenalin, sih? Hahaha, padahal sudah lama sekali,”
sahutnya, sedikit terkejut. Kami pun saling bertukar kabar, walau hatiku
dipenuhi satu pertanyaan: ada apa?</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Jadi gini, Vero. Sir mau minta tolong dan kamu harus bisa, nih, hehehe.
Sekolah kita minggu depan ada MPLS alias Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah
untuk menyambut siswa-siswi tahun ajaran baru. Guru-guru mau kamu mengisi salah
satu rangkaian acaranya, Alumni Talks. Mau, ya?”</span><o:p></o:p></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBgwZl4IntLehXpXeaEyWUAN9W9GM_udm7fjxOhw521HsMaKB8NLWBg38MFDmHrXUwg0xk1IqkSqzINEv3hJp-5-MC4M4ib4mUNbLjk_YmHC0ggpqiCHUBRjnCVSd7kiUEUxiBvuNUZfpwwc13Hr63_FcL87EgkulZcd2cfaBl1q03WjM_W4iwXv30/s1280/WhatsApp%20Image%202022-11-29%20at%2017.01.03.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBgwZl4IntLehXpXeaEyWUAN9W9GM_udm7fjxOhw521HsMaKB8NLWBg38MFDmHrXUwg0xk1IqkSqzINEv3hJp-5-MC4M4ib4mUNbLjk_YmHC0ggpqiCHUBRjnCVSd7kiUEUxiBvuNUZfpwwc13Hr63_FcL87EgkulZcd2cfaBl1q03WjM_W4iwXv30/w400-h266/WhatsApp%20Image%202022-11-29%20at%2017.01.03.jpeg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Aku ketika membawakan materi di MPLS</td></tr></tbody></table><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Aku termenung sesaat. Benakku sempat didesaki banyak pertimbangan, mulai
dari kebingungan membawakan topik apa, kerepotan berkendara ke sekolah,
persiapan presentasi yang memakan waktu, dan lain-lain. </span></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Sebelum aku sempat merespons, guruku kembali menyahut, “Boleh, ya, Vero?
Kami juga kangen padamu.” </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Kalimat sederhana itu tiba-tiba membawaku kembali pada masa sekolah dulu
dengan segala kenangannya: bakmi dan nasi goreng kantin, ujian dadakan yang
menyebalkan, hingga bunyi bel istirahat paling ditunggu. Ingatan-ingatan itu
menyadarkanku pada fakta bahwa guru-guru masih menyimpan kontakku setelah
sekian lama, berhasil membuat hati kecilku menghangat.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Hmm, jadi bagaimana, Vero?” Sahutan dari suara berat guruku membuyarkan
lamunanku. Ini kesempatanku menjelajahi ulang kenangan, meresapi lagi apa yang
dulu pernah manis di ingatan. Aku mengangguk tanpa sadar sambil menjawab
mantap, “Ok, Sir. Aku siap buat <i>sharing</i> dan kembali ke sekolah.”</span></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Itulah awal aku menginjakkan kaki lagi di SMA Perguruan Buddhi, Kota
Tangerang. Lokasinya cukup unik karena bersebelahan langsung dengan TPU (Tempat
Pemakaman Umum) masyarakat Tionghoa. Walau demikian, jalanan tetap ramai oleh
lalu lalang kendaraan dan gerobak jajanan seperti mi ayam, liang teh, siomay,
dan sejenisnya yang berjualan di bahu jalan. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Aku tiba pukul delapan pagi, sengaja tiba setengah jam lebih awal untuk
melihat-lihat sekaligus menyaksikan bagaimana sekolah tatap muka diterapkan
penuh setelah protokol kesehatan COVID-19 dilonggarkan.</span><o:p></o:p></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1QfJRxvByX2MqDAjkcG2zcx_uCcUA9xljLzreE30gQEi-6mOeL8-gEKYZGWHDAEX-y6bkRxlhxjvVh5U-NRCQzj8eJQI681ZWJ23TEDSo0vhhARhiSHyx2vn-BgiA8uq7RYNwyLYw-3Edi63tOtnKbbwZGIH4kneeDvsVNEYeJnZJx7FOdHhBYb67/s1280/WhatsApp%20Image%202022-11-29%20at%2017.01.03%20(1).jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1QfJRxvByX2MqDAjkcG2zcx_uCcUA9xljLzreE30gQEi-6mOeL8-gEKYZGWHDAEX-y6bkRxlhxjvVh5U-NRCQzj8eJQI681ZWJ23TEDSo0vhhARhiSHyx2vn-BgiA8uq7RYNwyLYw-3Edi63tOtnKbbwZGIH4kneeDvsVNEYeJnZJx7FOdHhBYb67/w400-h266/WhatsApp%20Image%202022-11-29%20at%2017.01.03%20(1).jpeg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Senang sekali bisa berbagi di antara siswa/i SMA</td></tr></tbody></table><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Aku pun melangkah masuk melalui gerbang utama yang membawaku langsung ke
halaman sekolah. Dua gedung tinggi dan luas berlantai tiga, masing-masing SMP
dan SMA, saling berdiri berhadapan. Tampak anak-anak sekolah berseragam
putih-kotak-kotak berlarian di lorong kelas atau sekadar duduk di pinggir
lapangan dengan jajanan. </span></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Jika terus berjalan, masih ada gedung SD di sisi kiri dan ruang kelas
komputer yang mengapit lapangan basket yang permukaannya diwarnai biru terang.
Sementara sisi paling ujung akan tampak vihara kecil tempat siswa berlatih doa
dan meditasi tiap pelajaran agama. Di antara itu, terdapat jalan kecil yang
menghubungkan langsung ke kantin sekolah. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Pemandangan yang sederhana, tapi terasa emosional untukku. Aku pernah
tiga tahun menghabiskan momen remajaku di sini: merasakan jatuh cinta pertama
kali dengan senior, memilih teman sebangku yang asyik, nongkrong sehabis pulang
sekolah, hingga membuat klub jurnalistik untuk ekskul bernama Perddhita News.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Aku terkekeh kecil. Kembali lagi ke sekolah bukan saja ajang nostalgia,
melainkan juga pengingat bahwa aku pernah menjadi pribadi sepolos itu. Aku
bukan siapa-siapa selain seorang anak yang masih belajar dan bermimpi bisa jadi
apa saja. Kebahagiaan sesederhana mendengar bunyi bel istirahat dua kali dan
pengumuman jika kelas kosong karena para guru sedang rapat. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Kini aku sudah beranjak dewasa dengan tanggung jawab di mana-mana. Aku
menarik napas panjang, diam-diam aku memahami mengapa banyak orang dewasa ingin
kembali menjadi anak-anak, atau setidaknya balik lagi pada masa sekolah. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Aku berbelok memasuki gedung SMA lantai satu. Di tengah halaman kelas
terdapat rupang Buddha yang cukup besar bercat emas. Dulunya tidak ada, mungkin
ini termasuk pembaharuan. Aku pun lanjut berjalan memasuki kantor guru. Jejeran
meja guru dari depan ke belakang dan satu ruangan khusus kepala sekolah masih
tampak sama seperti dulu. Mr. Andreas, guru agamaku dulu, langsung menyambutku
semringah.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Namo Buddhaya, Sir,” sapaku mengucapkan salam dengan sikap anjali.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Namo Buddhaya. Wah, akhirnya datang juga, Vero! <i>Sorry</i> ya, Ver,
kelihatan sepi. Soalnya, guru-guru lagi sibuk pengenalan di acara, nanti juga
rame. Tapi, tenang aja! Ada saya yang nemenin kamu ngobrol, kok,” ujarnya
bersemangat sambil menyajikan segelas air mineral padaku. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Kami mulai bercakap-cakap, saling memperbarui kabar masing-masing, terutama
kondisi sekolah, kurikulum hingga murid-murid. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Pusing, Ver. Denger-denger memang nantinya tidak ada lagi penjurusan
IPA dan IPS untuk SMA, efektifnya baru tahun depan. Jadi, kita para guru perlu <i>catch-up</i>
terus dengan perubahannya. Sejatinya kalau bagus buat murid, pasti akan kita
ikuti.”</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Menteri pendidikan ganti, kurikulum ganti juga ya, Sir? Hahaha,”
candaku sebelum melanjutkan, “Tapi murid-murid sekarang kayak gimana sih, Sir?
Nakal-nakal enggak? Apalagi kemarin sempat wajib belajar <i>online </i>gara-gara
pandemi.”</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Hahaha, ya begitulah, Ver. Kalau Sir lihat sih, anak-anak sekarang tuh
agak pasif. Mereka lebih senang lihat layar terus, jadi jarang main kayak zaman
kamu, apalagi nulis. Tapi ya walau begitu, Sir dan guru-guru yakin mereka punya
kreativitasnya masing-masing.”</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Aku menyimak pandangan beliau sekaligus cerita-ceritanya tentang salah
satu guru yang sudah pindah ke Jakarta, seragam sekolah yang berubah, hingga
cat gedung yang diperbarui. Sepanjang itu juga, guru-guru lain mulai berdatangan
dan menyapaku satu per satu. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Mereka kebanyakan adalah guru-guru perempuanku yang berhijab. Melihatnya
mengingatkanku lagi pada satu hal yang kusenangi dari sekolahku. Walaupun ia
berdiri dengan basis sekolah Buddhis, tapi ia begitu terbuka dengan keberagaman
kepercayaan lain. Sebab yang diutamakan dalam perekrutan profesi bukan melulu
soal agama, melainkan pendidikan, karya, dan ilmu pengetahuan. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Duh, Miss<i> thank you</i> banget, ya kamu masih mau datang ke sekolah!
Kita semua di sini gak nyangka, lho,” ujar Mrs. Evi, guru sosiologiku.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Sekarang kamu kerja di mana? Tambah cantik dan berisi, ya! Dulu ‘kan
kamu kurus banget, hahaha,” timpal Mrs. Ridza, guru kimiaku yang logat Bataknya
sangat kental. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Eh, ayo ke meja Miss, kita ngobrol banyak!” ajak Mrs. Dian, guru bahasa
Indonesiaku yang dulu jadi <i>partner</i> andalan ketika berdiskusi soal
karangan fiksi.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Kupikir semuanya akan canggung, tapi sebaliknya, mereka justru
menyambutku hangat bahkan terlampau ramah hingga aku merasa tidak enak hati.
Apa yang kulakukan hanyalah kunjungan sederhana, tapi untuk guru dan sekolah,
terasa begitu berarti. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Di titik itu, aku belajar bahwa meluangkan waktu untuk orang-orang
kesayangan, tak akan pernah sia-sia. Aku pun tersenyum. Tanpa harus berada di
dalam kelas pun, guru-guruku secara tak langsung mengajarkanku tentang
menghargai sebuah pertemuan.</span><o:p></o:p></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrKzknTY4B3QWQxVddaT0EOGXxrKCXlgy163XKlKpGyg9QX7GMPShfyAK5ev1BV-A1ZA9GkLT18FY84MZ4IAYZSnYUhK0p14ZD1WPCkUygQSKsmulv13DhAfZLQYEh-SP-eRcdOez7nUwZ5bUK5EqMpAA-mz5zulEWvX5mN_MwlIlsHNcBBIqJIm8r/s1280/WhatsApp%20Image%202022-11-29%20at%2017.01.03%20(3).jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrKzknTY4B3QWQxVddaT0EOGXxrKCXlgy163XKlKpGyg9QX7GMPShfyAK5ev1BV-A1ZA9GkLT18FY84MZ4IAYZSnYUhK0p14ZD1WPCkUygQSKsmulv13DhAfZLQYEh-SP-eRcdOez7nUwZ5bUK5EqMpAA-mz5zulEWvX5mN_MwlIlsHNcBBIqJIm8r/w400-h266/WhatsApp%20Image%202022-11-29%20at%2017.01.03%20(3).jpeg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sharing di alumni sekolahku didampingi guruku dulu</td></tr></tbody></table><span style="background-color: white;"><br /></span></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Pertemuan setelah sekian lama tak harus bicara tentang diri sendiri, adu
pencapaian, dan kompetisi siapa paling hebat, tapi seharusnya jadi ajang
menuntaskan rindu dengan nyaman sekaligus memastikan kabar bahwa semuanya sehat
dan baik-baik saja. Kupikir itulah makna reuni sebenarnya.</span></p><p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Aku pun naik
ke lantai tiga, memasuki ruang kelas yang disulap menjadi aula luas. Sebanyak
73 siswa baru bermasker, sudah duduk rapi di atas barisan bangku berbahan <i>plywood</i>
bercat kelabu. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Dinding kelas yang didominasi warna krem tampak bersih dari hiasan,
hanya ada gantungan foto presiden dan wakil presiden, beserta papan tulis berspidol.
Jendela-jendela tanpa gorden sengaja dibuka agar tidak pengap dan panas karena
kelas tidak ber-AC. <i>Ah, setiap detailnya sangat khas sekolah, rasanya
seperti pulang ke rumah kedua, </i>batinku.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Di depan kelas, sudah ada mini panggung tempat aku bisa berdiri dan
menyampaikan materi. Mr. Elgus dan Mr. Arfian, kedua guruku yang kompak
mengenakan batik, sudah siap di balik meja untuk mengoperasikan salindia
presentasi.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Semua mata tertuju padaku. Jantungku berdetak cepat. Rasanya <i>dag-dig-dug</i>
sekali bicara depan banyak orang. Aku melirik dua guruku yang duduk di pinggir
panggung, mereka tersenyum seraya mengacungkan jempol. Masih seperti dulu,
masih mendorongku maju. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Aku pun menarik napas panjang dan meraih mic, mulai bicara tentang
karier dan impian. Topik yang kubawakan hari itu adalah ‘Reach Your Dreams (On
Your Own Terms)’. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">“Aku sengaja membawa tema ini untuk teman-teman siswa semua, karena
memasuki bangku SMA berarti kita selangkah makin dekat dengan impian dan
cita-cita. Saat berseragam putih abu-abu inilah, kita mulai berpikir tentang
penjurusan, minat-bakat, kuliah hingga profesi kita di masa depan,” jelasku
membuka sesi. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Sepanjang pembahasan, aku melihat guru-guru yang tadi menyambutku di
kantor, satu per satu memasuki ruang kelas. Mereka mengambil duduk di bangku
paling belakang, bergabung bersama para kakak kelas yang menjadi panitia. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Alih-alih gugup, kehadiran mereka menambah kepercayaan diriku. Sebab aku
berada di sini atas kesempatan dari guru-guruku. Acara yang berlangsung satu
jam itu, akhirnya ditutup dengan siswa-siswi yang antusias menceritakan
cita-citanya masing-masing.</span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Tepuk tangan membahana di seisi kelas. Pandanganku pun menelusuri
penjuru ruangan. Momen ini mengingatkanku pada kejuaraan lari estafet. Guruku
adalah ‘pelatih’ di luar arena yang melatih anak-anak untuk bertanding. Ketika
dirasa sudah siap, kita dilepas untuk membawa ‘tongkat’ yang diberikan ke anak
lain. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Sekarang ini, aku tengah memegang tongkat itu. Cepat atau lambat akan
kuserahkan kepada siswa-siswi yang jadi juniorku. Mereka akan berdiri di
tempatku suatu saat nanti, bercerita tentang impian yang diraih dan berbagai
peluang yang dicoba. Mungkin juga akan bicara kegagalan sebagai pengalaman dan
kesuksesan bukan melulu tujuan, serta semua hal yang didapat dan jadi bekal sejak
bangku sekolah. </span><o:p></o:p></p>
<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 16.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black;">Mendadak mataku berkaca-kaca. Kembali ke sekolah seperti perjalanan
melintasi lorong waktu. Aku balik ke masa lalu dalam versi diriku sekarang, dan
karenanya, aku sekali lagi belajar banyak. (*)</span><o:p></o:p></p><br /><p></p><p></p><p></p><p></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-67485391599952436572022-11-21T22:53:00.007+07:002022-11-21T22:58:44.883+07:00Begini Caramu Meninggalkanku, Selamanya<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Dua tahun yang lalu, tepat pada bulan dan hari ini, jelang pukul satu
subuh, adalah malam kematianmu. Sampai saat ini, aku hampir tak pernah
membicarakannya secara gamblang kepada orang-orang. Kusimpan saja jadi kenangan
buruk di ruang terpojok di kepalaku, di dalam laci paling berdebu, berharap
kapan-kapan ia akan hilang atau tak sengaja terbuang - tapi justru
keganjilannya membuat keberadaannya terasa begitu nyata. Jadi, mari kita
membincangnya kepergianmu yang tiba-tiba itu. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGuTccyGXcDIHWPFXJjqEsU6HduMVFvIqnGVL3sERQg8ezmhKrECpMySkq8ShdQFg6o_v3hXzaSG8idrCu2vJLfE4Tb1cm7wYTZpyRmIl0KTGb7SWNoeILTmT3Lid_Znoag_AQ2c3hkYd2ukZ2a0HQA8lXbviTY7qcPxwU52D-JTGW_lXhjLxM-FFk/s640/c0d054b75b7e4e209be58856fd1e5633--greek-language-stay-at-home.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="486" data-original-width="640" height="304" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGuTccyGXcDIHWPFXJjqEsU6HduMVFvIqnGVL3sERQg8ezmhKrECpMySkq8ShdQFg6o_v3hXzaSG8idrCu2vJLfE4Tb1cm7wYTZpyRmIl0KTGb7SWNoeILTmT3Lid_Znoag_AQ2c3hkYd2ukZ2a0HQA8lXbviTY7qcPxwU52D-JTGW_lXhjLxM-FFk/w400-h304/c0d054b75b7e4e209be58856fd1e5633--greek-language-stay-at-home.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sumber foto: <a href="https://id.pinterest.com/pin/599682506613042668/" target="_blank">8tracks pinterest</a></td></tr></tbody></table><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kamu ditemukan meninggal di kamar sebuah apartemen pinggir kota. Seperti
ini kesaksian teman-temanmu padaku: pukul sepuluh kamu masih tampak segar,
katanya kamu baru saja makan nasi goreng. Hampir menginjak jam sebelas, kamu
ada di ruang tengah menonton teve, kalau tidak salah komedi Tukul Arwana. Tawa
beratmu masih terdengar. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Lalu, menuju tengah malam. Waktu mendadak melambat. Kamu bangkit dan
pergi ke toilet, mengeluh sakit perut. Kamu memucat. Hanya satu permintaanmu
saat itu: tolong ambilkan air hangat. Temanmu kalut karena melihatmu muntah.
Cairannya berwarna, menyerupai pink muda. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Akhir cerita ini seperti yang kita tahu dari ceritaku di rumah duka.
Kamu dibawa ke rumah sakit, semua berjalan cepat. Dalam perjalanan itu, kamu
kehilangan nyawa. Tanpa aba-aba, tidak ada selamat tinggal apalagi sampai
jumpa. Kamu hilang begitu saja dari dunia, dari hidupku, dari apa-apa yang
tersisa. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di rumah sakit, dokter bilang kamu henti jantung. Aku melihatmu
ditempatkan di dekat pintu IGD: ditutupi kain putih, terbujur kaku. Aku menangis
dan berteriak berharap sama seperti tokoh utama di film-film drama, bahwa ini
mimpi buruk. Namun, aku melihat luka gores di betis kaki yang kamu dapatkan
saat merenovasi halaman belakang rumah. Itu memang luka milikmu. Tubuh yang
sudah mati dan tak lagi bangun itu, memang kamu. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Tidak salah lagi, kamu tak akan bangun lagi dan membiarkanku aku hanya
menemuimu di dalam mimpi, imaji, dan kalau kata orang: kedalaman hati. Hanya
saja, kuakui, sudah dua tahun aku masih egois. Tak cukup memilikimu hanya dalam
hatiku, aku ingin kamu kembali ke rumah dan bilang ini hanya lelucon, bahwa
Tuhan sesekali suka bercanda.<span style="font-size: 12pt; text-align: left;"> </span></blockquote><p> </p><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Harapan itu masih sering ada, walau tiap hari kian meredup, aku tetap
menjaganya. Membayangkan kamu mungkin hanya sedang bersembunyi di luar kota - kabur
dari kejaran mafia, atau kamu hanya pergi jauh ke kota asing untuk waktu lama -
tak apa asal pasti kembali akan kutunggu. Meski ibu bilang aku mengada-ada.
Meski orang-orang bilang aku gila. Tapi untukku yang sudah memelihara harapan
ini dua tahun, kupikir aku hanya rindu.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.7999999999999998; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;">
</p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i>November 21, 2022. </i></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i>Mengenang dua tahun papa pindah ke surga.</i></span></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: left;"><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><i>Ditulis sambil mendengarkan 'Weird Goodbye' by The National ft. Bon Iver</i></span></p><p><br /></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-67279425302717302622022-03-31T15:27:00.009+07:002022-03-31T15:28:51.866+07:00Kepergianmu Melukaiku, Sungguh-sungguh<p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Sejak kamu pergi, aku menyimpan daftar pertanyaan yang dulunya tak pernah benar-benar kupikirkan. Jika saja kamu sempat menjawabnya atau aku tahu lebih dulu, mungkin akhir ceritanya akan sama sekali berbeda. Sayangnya, semesta hanya bisa beri pertanda dan aku tak pernah sepeka itu menangkapnya.</span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span></span></p><blockquote>Mungkinkah kamu tahu jika Sabtu malam itu, kita tak akan lagi bertemu? Tapi, kamu masih menyiapkan ikan-ikan peliharaanmu untuk dipamerkan hari Minggu. Kamu masih sempat bertanya apakah aku mengambil cuti akhir tahun. Semua berjalan seperti biasa seakan kita punya hari esok.</blockquote><span><o:p></o:p></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="text-align: justify;">Bagaimana perasaanmu ketika tahu kepergianmu hari itu adalah selamanya? Kamu sering mengajakku berandai jika kamu tiada dalam canda. Tanpa tahu semua itu ternyata begitu dekat adanya. </span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Sudah selama ini, apa kamu masih ingat aku? Kita tak akan lagi bertemu untuk sekian waktu tersisa yang kupunya. Tiada lagi akhir pekan menonton film maraton, berburu voucher makan, dan melakukan hal-hal bodoh. </span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKOOYRIa2OsfGMu3bJwNOrVvT_GHIN0_Wmq06JmbXSma9n3jZW-DRhmhZ_IypQk4qs8VCo2FAYZIeD43TLl9UOeelcpn3t5Ez6xH6y8uv8PZ2GQRUzD7MCA22UeMdJuYGkX3z2K-2WzzbZqEWisaPUL4zSw9fTLoG4LNucmfKqtlj5XV2DciCH-vi2/s1280/tumblr_odenj12tU31qe2uw2o1_1280.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKOOYRIa2OsfGMu3bJwNOrVvT_GHIN0_Wmq06JmbXSma9n3jZW-DRhmhZ_IypQk4qs8VCo2FAYZIeD43TLl9UOeelcpn3t5Ez6xH6y8uv8PZ2GQRUzD7MCA22UeMdJuYGkX3z2K-2WzzbZqEWisaPUL4zSw9fTLoG4LNucmfKqtlj5XV2DciCH-vi2/w400-h266/tumblr_odenj12tU31qe2uw2o1_1280.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto: <a href="https://violetsharks.tumblr.com/post/189022912044" target="_blank">Judith</a></td></tr></tbody></table><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="text-align: justify;">Orang-orang bilang padaku untuk berhenti bertanya. Aku didesak untuk menjawab kepergianmu dengan keikhlasan dan keberanian melepas. Mereka bilang kamu sudah bahagia di taman surga, bebas di nirwana, tenang di rumah Tuhan. Tapi jauh di kedalamanku hanya satu yang kupahami: kamu sudah tiada dan aku kehilanganmu. </span><span> </span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Katanya, waktu akan menyembuhkan. Aku yang dulu menangis, pasti akan berhenti. Namun tak ada yang tahu kalau kesedihan bisa mengeras dan membatu di dalam dadaku. Aku bukan baik-baik saja seiring waktu, melainkan belajar bertahan hidup dengan segala keganjilan baru tanpamu. </span><span style="text-align: left;"> </span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span></span></p><blockquote>Sebab, kepergianmu; melukaiku, sungguh-sungguh. </blockquote><span><o:p></o:p></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;"> </span><i style="text-align: justify;"><span>Menuju dua tahun tanpa papa </span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i style="text-align: justify;"><span>Tangerang, 31 Maret 2022, 15.09 pm</span></i></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-62746814501026386002022-03-31T14:22:00.012+07:002022-04-05T10:10:08.517+07:00Kamu Tak Akan Pulang Lagi<p style="text-align: left;"><span id="docs-internal-guid-a7523530-7fff-f911-7721-ea81360150c3"></span></p><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR" style="line-height: 150%;">Siang itu, aku mendengar klakson motor hitam kesayanganmu dari balik pagar rumah. Aku bangkit dari kamar, bergegas keluar. Untuk sesaat, kupikir itu kamu - baru kembali dari membeli nasi padang sepuluh ribu. Namun, harapan kecilku sirna terlalu cepat.</span> </div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><br /><span dir="LTR" style="line-height: 150%;">Nyatanya itu adalah ibu, yang baru saja pulang dari bengkel sehabis memperbaiki motor favoritmu yang rusak karena menahun tak pernah dipakai lagi. Rasanya dadaku mendadak sesak.</span> </div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><br /><span dir="LTR" style="line-height: 150%;">Bayangan tentang aku bangun tiap pagi dan melihat kamarmu kosong, kasurmu mendingin, sofamu lenyap, baju-bajumu terbakar, hingga kamu yang sudah jadi abu, mendesakku hingga kehabisan napas.<br /></span><blockquote>Sudah dua tahun kamu tidak pulang dan segalanya terasa pincang.</blockquote></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">Kamu pergi dan setiap hari aku tak pernah berpikir kamu sudah mati. Mungkin kamu sedang berada di kota asing bersama seorang kawan, menginap di rumah kerabat jauh, berobat ke luar negeri, dan lain-lainnya yang mengharuskanmu pergi lama dan menghadapi hari-hari panjang - tapi suatu waktu akan kembali.<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxgHraW30CjIhYWgvFuUj4urpQhBYGjoECi9IlafqCagpz5zBe_GCCtIk-7B-2GlTlYwhPrZxRze6Tz9vRCTHf6SaTuEkFQpPb8tcs52QuSvwCZgz3EEbDnUIe4w6cvw-YLCn3mmEggFNlxX9RM53EebyIyUMJe1SCcwSuJfV381YD7GuMqU_mOFPV/s750/b47e9ec58743e36b91fa19ac8add4396.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="460" data-original-width="750" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxgHraW30CjIhYWgvFuUj4urpQhBYGjoECi9IlafqCagpz5zBe_GCCtIk-7B-2GlTlYwhPrZxRze6Tz9vRCTHf6SaTuEkFQpPb8tcs52QuSvwCZgz3EEbDnUIe4w6cvw-YLCn3mmEggFNlxX9RM53EebyIyUMJe1SCcwSuJfV381YD7GuMqU_mOFPV/w400-h245/b47e9ec58743e36b91fa19ac8add4396.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto: <a href="http://herway.net" target="_blank">Herway</a></td></tr></tbody></table><br /></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">Maka itu, rumah tempatmu pulang nanti tak banyak berubah. Pintu rumah kita masih berupa kayu tua yang catnya sudah mengelupas di mana-mana. Langit-langit yang bocor di sana-sini tetap ada. Kalender kita masih dua. Kucing-kucing liar sekitaran kompleks tetap sering datang jelang sore. Tukang cingcongfan juga masih berkeliling menjajakan makanannya tiap petang. Tetangga seberang masih membuka pagarnya tiap pukul sembilan malam. Semua masih sama - termasuk aku dan ibu, yang diam-diam menunggumu pulang.</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><br />Klakson kembali berbunyi. Lamunanku lesap. Aku melangkah untuk membuka pagar rumah. Ibu membawa masuk motormu. </div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span id="docs-internal-guid-97daaeb2-7fff-27c8-5fb6-b51ed38f1dbb"><p dir="ltr" style="line-height: 1.8; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt;"><span style="font-size: 12pt; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"></span></p><blockquote>Sekali lagi aku menengok ke ujung kompleks, mungkin saja kamu tertinggal. Tapi yang kudapati hanya derik serangga dan deru mesin kendaraan yang berlalu-lalang. Saat itu aku tahu, aku dipaksa semesta menerima bahwa kamu sudah lama tiada. Tak akan pulang. </blockquote></span><p></p><div><i style="text-indent: 0pt;"><span dir="LTR" style="line-height: 150%;">Menuju dua tahun tanpa papa</span></i></div></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><i style="text-indent: 0pt;"><span dir="LTR" style="line-height: 150%;">Tangerang, 31 Maret 2022, 11.01 am</span></i></div><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span dir="LTR" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></p><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span><p style="text-align: left;"></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-34674448844370078882022-01-08T19:26:00.008+07:002022-01-14T18:59:01.288+07:00Kenapa Sih Harus Peduli Sama Hewan?<p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Belakangan ini, kamu sering dapat berita soal penyiksaan dan penganiayaan hewan, gak? Kalau aku, iya. Sekalinya buka media sosial, pasti dengan mudah nemu konten-konten viral yang tidak ramah satwa baik disengaja maupun tidak. Mulai dari kucing yang diinjak kepalanya, anjing yang dipukul oleh majikannya, monyet yang dipaksa minum arak, gajah yang terkena jerat, dan lainnya. </span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Rasanya berita-berita itu tidak berhenti dan terus datang bertubi-tubi. Seakan hewan tak punya perasaan, atau lebih parah, dianggap bukan makhluk hidup. Padahal, peduli akan kesejahteraan satwa adalah salah satu bentuk kecintaan terhadap lingkungan.</span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Penyelamatan alam tak melulu soal pengelolaan sampah dan penghijauan sekitar, tapi juga bagaimana kita hidup harmoni dengan Bumi beserta isinya, yang mana salah satunya adalah para satwa. Lalu, apa yang bisa kita lakukan?</span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><b><span>Mulai dari yang paling dekat</span></b><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Pada suatu </span><i><span>talkshow</span></i><span> yang mengulas salah satu buku nonfiksi “Paw Stories” (Elex Media, 2020) yang kuluncurkan, pernah ada peserta yang bertanya, “Kenapa buku ini hanya membahas kepedulian terhadap satwa domestik? Apakah satwa-satwa lainnya tidak penting?”</span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Buatku ini pertanyaan yang sangat menarik. Kala itu, kujawab jika aksi kepedulian terhadap satwa baru bisa ditumbuhkan lebih jauh dan luas andai kita semua sudah cukup peka terlebih dulu dengan satwa yang paling dekat dan akrab dengan kita, anjing dan kucing. </span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Kedua satwa domestik yang bisa kuasumsikan “paling banyak dibela dan disayang” saja masih sering ditemukan tindak kekerasan terhadap mereka, bagaimana dengan satwa yang lebih jauh dan bahkan belum pernah kita temui?</span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Jadi, coba mulai bergerak dan berbuat baik terhadap satwa domestik, itu hal paling mudah yang bisa langsung kita lakukan karena mereka bisa kita temui bahkan di depan rumah. </span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><b><span>Tak harus materi</span></b><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Tindakan kepedulian yang dimulai terhadap satwa domestik tak melulu harus berbentuk materi seperti uang. Ada banyak aksi sederhana yang kelihatannya kecil untuk kita, tapi sangat berarti untuk mereka, para satwa. Kamu bisa…</span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh-06F0f2UmPWhpJrREpH3JzkLq9ORKRvVrMtZlsFZoyzTnjQ8k3QZHvgoV4SH253-hhjRm2WRmCV2DXJ_j0VzKd--PNsIbVclHQskLYpK-gTZF9a6qJggmEFmlV3QdtM9vK8hY6p9RtZ5pY-Gk4H1xa40PM3U4hrXr9929nuVizqDbaOErMaLg1HNO=s1298" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1298" data-original-width="1079" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh-06F0f2UmPWhpJrREpH3JzkLq9ORKRvVrMtZlsFZoyzTnjQ8k3QZHvgoV4SH253-hhjRm2WRmCV2DXJ_j0VzKd--PNsIbVclHQskLYpK-gTZF9a6qJggmEFmlV3QdtM9vK8hY6p9RtZ5pY-Gk4H1xa40PM3U4hrXr9929nuVizqDbaOErMaLg1HNO=s320" width="266" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ini potret sehabis streetfeeding depan rumah</td></tr></tbody></table></p><ul><li><i><span>Streetfeeding</span></i><span>, berbagi makanan dan minuman layak bagi kucing dan anjing telantar di jalanan. Sisihkan uang jajan untuk beli </span><i><span>dogfood/catfood</span></i><span> yang seharga kopi kekinian atau bobamu. Kalau memang masih belum bisa, bagi lauk makan siang kita untuk mereka juga bisa, lho! Kalau aku, suka banget ngelakuin ini!</span></li><li><i><span>Adopter </span></i><span>dan </span><i><span>foster parents</span></i><span>, buat kamu yang punya lahan lebih di rumah dan ramah satwa, bisa banget adopsi kucing atau anjing dari rumah singgah (</span><i><span>animal shelter</span></i><span>). Biasanya prosesnya gratis asal lolos skrining, bahkan anjing atau kucing adopsi ini sering kali sudah melalui proses steril maupun vaksin, lho.</span></li><li><span>Relawan, coba cari akun rumah singgah yang lagi butuh bantuan, baik itu dalam proses rescue atau pun bantu bersih-bersih di tempat penampungan mereka. Kamu sudah berkontribusi banyak lewat waktu dan tenagamu. </span></li></ul><p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Oke, sampai di sini masih ngerasa belum sanggup? Kamu masih boleh coba dengan…</span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"></p><ul><li><span>Jangan ngebut di jalan, apalagi di kompleks perumahan! Biasanya banyak anjing atau kucing yang nyeberang.</span></li><li><span>Taruh wadah berisi air minum bersih di depan rumah. Cuaca panas bikin anjing atau kucing jalanan bingung cari minum di mana. </span></li><li><span>Ajak anjing atau kucing telantar untuk neduh di rumah kita saat lagi hujan. </span></li><li><span>Menandatangani petisi terkait perlindungan satwa, seperti stop perdagangan daging anjing, dan sejenisnya.</span></li><li><span>Bantu mengangkat anjing/kucing kecil di tengah jalan ke tempat lebih aman agar mereka tak terlindas.</span></li><li><span>Sisihkan uang jajan per hari yang dikit-dikit jadi bukit untuk <b>donasi</b> ke rumah singgah terdekat di kota.</span></li></ul><p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Gampang kan? Semua gak harus pakai materi, asalkan kita punya hati untuk peduli. Kalau kamu punya cara lain, boleh banget bikin jurnal kebaikan satwa untuk dilakukan sehari-hari. Setelahnya, jangan lupa untuk share ke media sosial biar lebih banyak yang terinspirasi dan ikut tergerak!</span></p><p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Aku percaya, kebaikan juga perlu disuarakan. Bukan untuk pamer, melainkan merayakan indahnya kepedulian. Kayak aku gini, yang </span><b><span>cerita</span></b><span> soal ini dan diikutkan ke kampanye kebaikan dari </span><b><span><a href="http://Campaign.com">Campaign.com</a></span></b><span>. </span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span>Setiap aksi kebaikan kita baik itu untuk lingkungan, </span><b><span>sosial</span></b><span>, </span><span><b>komunitas, </b>maupun<b> organisasi </b></span><span>kita, lalu </span><i><span>share</span></i><span> di <b><a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=paratu.com.apps.campaign" target="_blank">Aplikasi Campaign #ForChange</a>. </b>Itu berarti kita udah ikut<b> berdonasi</b> Rp10.000 dari Campaign.com untuk <b>bantu korban terdampak Semeru</b>. Jadi, uluran tangan kebaikan ini tak berhenti. Siap untuk ikutan juga? Yuk, join sekarang karena <b>Semua Bisa Jadi Changemaker</b>!</span><span><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 12pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi3rq3DwyjEwIVRwAg7jrRYHkC0H9Wx0y1QswmRMtQO5fEL8fqrzYM6TLIQXzm4QNhNH-dlfdsQ_nNo4jYrHQCPS3pQdyagkGtI4Mkh3Iq7Qzfnwg70pNYuZB1NNCkwG9C5M8Rmh7BevAbozQOgmEpeQCltcy39qVMscJgAW7gz2cphYnbHnR5AdCRb=s2159" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2159" data-original-width="1080" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi3rq3DwyjEwIVRwAg7jrRYHkC0H9Wx0y1QswmRMtQO5fEL8fqrzYM6TLIQXzm4QNhNH-dlfdsQ_nNo4jYrHQCPS3pQdyagkGtI4Mkh3Iq7Qzfnwg70pNYuZB1NNCkwG9C5M8Rmh7BevAbozQOgmEpeQCltcy39qVMscJgAW7gz2cphYnbHnR5AdCRb=w200-h400" width="200" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Aku juga udah ikutan, lho! 😁</td></tr></tbody></table><br /><span><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-41895572896232692782021-12-09T15:04:00.006+07:002021-12-09T15:07:14.767+07:00Kesedihan yang Berserakan di Sepanjang Jalan<p style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Aku berjalan menembus padatnya lalu lalang orang pada jam pulang kerja di stasiun. Nyaring klakson kereta yang memekakkan telinga menambah lengkap kebisingan kota selepas petang. Notifikasi pesan di ponselku menunjukkan driver ojek yang kupesan sudah hampir sampai, spontan aku mempercepat langkah.</span><span style="font-size: 12pt;"><br /></span><span style="font-size: 12pt;">Kakiku berhenti di depan toko baju yang begitu terang dan berisik. Salah seorang pramuniaganya sedang berteriak heboh dengan mic demi mempromosikan pakaian-pakaian diskon akhir tahun. Tiap ada keluarga yang lewat, suaranya kian kencang berseru. </span></p><div style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><p></p><blockquote>Rasanya sangat kontras dengan ruang di benakku yang begitu sepi.</blockquote><p></p></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><p><span style="font-size: 12pt;">Sekitar setahun lalu, di sini adalah tempat aku menunggumu datang menjemput. Sesekali pukul tujuh tepat atau setengah delapan malam. Kamu sudah tiba terlebih dulu dan mengekori pandanganmu pada langkahku menuruni jalan stasiun. Lalu, begitu sampai di depan toko, kamu akan memberi tanda dengan klakson dua-tiga kali untuk memberitahu kehadiranmu.</span><span style="font-size: 12pt; text-align: left;"> </span></p></div><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 12pt;"></span></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj4IM-OWjbzS3C8MMZK39vMBGy5AT25-kxeQiTUx3pdC8Opt9pi3WJXG4wqBq8_r4GnBTprjOi21bbax0POoqx-TrMmi4hhjoFQb2IExIdiWGws6xfJyIOijSwjH4fsJ7u2JBr_ZC0DhXbR_4g7I-RRAosKJIpQdeCWny8fIfZ2SvW09A483EU1lRS6=s1129" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1129" data-original-width="899" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj4IM-OWjbzS3C8MMZK39vMBGy5AT25-kxeQiTUx3pdC8Opt9pi3WJXG4wqBq8_r4GnBTprjOi21bbax0POoqx-TrMmi4hhjoFQb2IExIdiWGws6xfJyIOijSwjH4fsJ7u2JBr_ZC0DhXbR_4g7I-RRAosKJIpQdeCWny8fIfZ2SvW09A483EU1lRS6=w319-h400" width="319" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Potret Jalanan di antara Ria Busana dan Stasiun Tangerang</td></tr></tbody></table><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: start;"><br /></div><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 12pt;">Bunyi klakson mendadak terdengar. Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Aku terjaga dari lamunanku. Kupikir ada keajaiban bahwa itu dari kamu - dengan jaket biru dan topi kelabu di atas motor. Namun, yang kudapati hanyalah jalanan yang sedang macet dan ketidaksabaran di mana-mana. </span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 12pt;"><br /></span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 12pt;">Aku pun menyelip pandang di antara kendaraan yang melaju tersendat-sendat. Samar di antara celah itu, aku menemukan bayanganmu: turun dari motor karena lelah menunggu, lalu berdiri di belakang angkutan umum seraya berdiri melipat tangan, beberapa menit kemudian mengambil batang rokok sembari bermain Facebook, seakan tidak terjadi apa-apa.</span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 12pt; text-align: left;"> </span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 12pt;">Sementara aku dengan bodohnya menyeberangi kemacetan dengan langkah berat, berusaha menggapai sosokmu yang walau bayangan, buatku tak apa. Asal aku bisa menemuimu, mengobrol denganmu seperti dulu, sekadar untuk bilang hal yang mungkin sudah begitu terlambat: aku sayang kamu, Papa. Selalu dan akan selamanya begitu. </span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 12pt; text-align: left;"> </span></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><i><span style="font-size: 12pt;">Namun, sesampaiku di seberang yang ada hanyalah bayangan hitam mobil angkutan yang supirnya marah-marah karena aku menghalanginya memutar kendaraan. Aku menepi dan menemukan driver ojek yang masam karena mencari-cariku ke mana-mana. </span></i></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><i><span style="font-size: 12pt;"></span></i></p><blockquote><i>Aku pulang dengan perasaan rindu yang membatu di dada dan kesedihan yang berserakan di sepanjang jalan ke rumah. </i></blockquote><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt;"> Tangerang, </span><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;">9 Desember 2021, 14.52 PM</span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-89829745616384257372021-12-05T18:41:00.006+07:002021-12-05T18:46:28.591+07:00Semua (Tidak) Baik-baik Saja<p dir="ltr" style="line-height: 1.7999999999999998; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Apa yang kupunya pada pukul setengah dua belas malam? Dengkuran halus
mama di sisi kiri kasur. Nyaringnya derik serangga dari teras rumah.
Bunyi-bunyi ganjil di ruang tengah - tikus jamban yang ke luar untuk
mengobrak-abrik sampah, cecak merayap di dinding memangsa kecoa malang, dan
lain-lain. Saluran TV yang menyala dengan volume rendah. Lalu, yang terakhir:
isi kepala yang gaduh sekali. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Sudah jadi kebiasaan sejak kamu pergi, jelang pertengahan malam seperti
ini selalu mengantarkanku pada banyak ingatan. Ini adalah waktu ketika kamu dan
aku baru selesai menonton film bioskop pada jam paling larut. Kita melangkah
menuju lift yang letaknya cukup terpencil di balik tembok berlorong gelap.
Lampu-lampu mal sudah mati, derap kaki kita begitu jelas di tengah bangunan
yang sepi. Walau begitu sesekali masih terpantul jelas bayangan satpam yang
hilir-mudik di etalase. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgAx-iaMnbnRBZGPVg4WyaA_1gY59uYFC1lcaBNLeY4d36jhAeGYTEKvP8Cw2kGclAmZf_bw4IDDnKosMqEBUf0ImvGOq5_JuuSc5u3PfFNhnsNMCiNgdAxTmzVs3kEukLrK_2toFRSCPLNwyYPxSyepweT3IFqVIGCRguQUiizbsicQBL3ClRQsJQ8=s1080" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgAx-iaMnbnRBZGPVg4WyaA_1gY59uYFC1lcaBNLeY4d36jhAeGYTEKvP8Cw2kGclAmZf_bw4IDDnKosMqEBUf0ImvGOq5_JuuSc5u3PfFNhnsNMCiNgdAxTmzVs3kEukLrK_2toFRSCPLNwyYPxSyepweT3IFqVIGCRguQUiizbsicQBL3ClRQsJQ8=w400-h400" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://weheartit.com/entry/301351682" target="_blank">Sumber: @plumrain, We Heart It</a></td></tr></tbody></table><br /></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Sampai di parkiran, kamu menyalakan rokok yang asapnya berkali-kali
kukeluhkan mengenai wajahku. Kamu hanya tertawa dan mengeluarkan kunci sembari
membunyikan alarm motor dari kejauhan. Ketika kamu mengajakku naik, mendadak
sosokmu memudar menjadi kabut yang ditelan pekatnya malam. Aku sendiri
tersisa bersama kesedihan.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Sudah jadi rutinitas sejak kamu pergi, menuju pertengahan malam seperti
ini selalu mengingatkanku pada banyak memori. Ini adalah momen ketika kamu
mengebut di jalan lengang hingga angin dingin malam menampar wajahku tanpa
ampun.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Kamu akan berhenti di pom bensin yang penerangannya paling terang
mengalahkan bulan, lalu aku melipir ke teras minimarket 24 jam untuk menunggu.
Di sana, aku akan mendongak sembari berpikir apakah bulan tidak kesepian
sendirian di langit gelap. Saat tank sudah penuh dan kamu balik
menjemputku, tiba-tiba wujudmu lenyap menyatu dengan malam yang hitam. Aku
sendiri tersisa bersama kehilangan.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Dua jarum jam kompak berhenti di angka dua belas. Mama terbangun oleh
lampu kamar yang masih menyala lalu menyuruhku tidur. Apa yang sedang kutunggu?
Mataku basah dan benakku terlalu gelisah. Semuanya sudah berubah.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Kamarmu kosong, ranjangmu dingin. Asbak rokokmu lenyap, baju-bajumu
lesap. Lalu, orang-orang akan membisikkan kebohongan terbesarnya padaku: semua
akan baik-baik saja. Bagaimana mungkin? Kamu tak akan lagi pulang. Aku mendadak
memelihara luka yang tak akan sembuh dan memendam rindu yang tak pernah
tuntas. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Rasanya seperti</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">...aku memeluk duri yang makin erat kudekap makin dalam aku
terluka. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">...aku memakai baju sempit yang berkali-kali kupaksa kenakan justru
membuatku kian sesak.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">...aku menaiki sepeda yang kehilangan satu rodanya tapi masih bisa
melaju dengan kemungkinan jatuh di tiap kayuhannya. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Dan, pengandaian-pengandaian lain yang seberapa banyak pun aku
membayangkannya agar kamu tahu betapa runtuhnya aku ketika kamu pergi, tetap
saja tidak membuatmu tahu dan kembali. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Kematian adalah perjalanan satu arah, tidak ada jalan memutar untuk
balik. Sama seperti aku yang kamu tinggalkan, ini perasaan sakit satu arah, ia
tidak akan pulih hanya dengan keyakinan semu semua akan baik-baik saja. Maka,
izinkan aku menangis - sepanjang malam hingga aku menemukan yang mereka sebut
sebagai keikhlasan atau justru: melupakan.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span></span><span></span></p><a name='more'></a><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">“When there's nothing quite wrong, but it doesn't feel right.” - The
Other, LAUV</span></i></b><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></i></p><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Tangerang, 12 Desember 2021, 18.35 pm</span></i></b><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;">
</p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Menuju tahun baru kedua tanpa papa</span></i></b><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></i></p><p dir="ltr" style="line-height: 1.7999999999999998; margin-bottom: 0pt; margin-top: 0pt; text-align: justify;"><br /></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-14693458417540918502021-11-12T11:48:00.000+07:002021-11-12T11:48:10.002+07:00Ziarah Kecil<p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">Ada banyak kalimat menyakitkan yang pernah ditujukan padaku. Mulai dari sosok guru les yang bilang kalau aku tidak akan bisa lolos UASBN, seorang teman kelasku yang mencibirku bodoh karena tidak bisa menyelesaikan soal matematika, lelaki yang tidak mengizinkanku menumpang karena dianggapnya aku buruk rupa dan tidak pantas menaiki motornya, kakak kelas yang mengatai rambut keritingku sebagai brokoli berjalan, dan sejenisnya. <o:p></o:p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">Namun, pada suatu malam aku menyadari semua itu bukan apa-apa. Sebab aku menemukan ucapan yang tidak sekadar melukai, melainkan juga menghancurkanku: “Vero, ayo bangun. Papamu sudah enggak ada.”<o:p></o:p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGcN41PliCOcLUHNGtsc6P8JgAtzeulJZuVHJVQiSGgDC4Dtuw6_RiGmVh6SG75DSLyelrTGqH4R5eyluW7fIBNAUwBN9KEDvWJSfdb4hGFortEmitOl0qLxioWRalzYN-R63RgqQhU2I/s500/81e2b201d8394217b35ba1775f5a8edb.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="500" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGcN41PliCOcLUHNGtsc6P8JgAtzeulJZuVHJVQiSGgDC4Dtuw6_RiGmVh6SG75DSLyelrTGqH4R5eyluW7fIBNAUwBN9KEDvWJSfdb4hGFortEmitOl0qLxioWRalzYN-R63RgqQhU2I/w400-h400/81e2b201d8394217b35ba1775f5a8edb.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: <a href="https://www.pinterest.co.kr/pin/517351075949007695/" target="_blank">Pinterest</a></td></tr></tbody></table><br />Malam itu sekitar pukul setengah dua. Ibu membuka lampu kamar dengan suara serak membawa kabar yang tak pernah terlintas sekalipun di benakku. Bayangan selama seminggu belakangan bersamamu mendadak berputar dalam kepalaku seperti kaset rusak, lalu perlahan menjelma godam besar yang menghantamku sampai lebam dari dalam. </p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"></p><blockquote>Semua memori tiba-tiba saja berlabel “yang terakhir”.</blockquote><o:p></o:p><p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">Sudah tepat setahun sejak kabar itu kudengar. Namun, rasa sakitnya masih segar seperti baru kemarin tertoreh. Aku tidak punya nyali melangkah masuk ke bioskop, tempat kita berdua menghabiskan sebagian besar waktu bersama di sana. Aku tidak benar-benar berani mengelilingi kota ini seorang diri, tempat kamu dan aku menuai cerita-cerita di tiap sudut-sudutnya - tepi pom bensin dengan sebungkus liang teh manis bagi dua, seporsi kroket telur-keju seharga sepuluh ribu dapat empat, hingga kios minum es kelapa di pinggir jalan raya. Kamu ingat itu semua di surga?<o:p></o:p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">Aku berdiri di depan kalender dinding. Pada tanggal yang sama satu tahun lalu, kamu pergi dan tidak akan kembali. Dunia berjalan biasa seolah semua baik-baik saja dan tersisa aku yang tak pernah benar-benar seutuhnya menerima. </p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"></p><blockquote>Di ingatanku, kamu terlalu hidup untuk dibilang sudah tiada. </blockquote><o:p></o:p><p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">Aku pun beranjak menuju warung rokok yang biasanya kamu kunjungi, rumah makan nasi padang yang kamu sukai, dan tempat-tempat kecil yang kamu datangi rutin setiap hari ketika kamu masih di sini. </p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 10.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"></p><blockquote>Itu ziarah kecilku untuk mengumpulkan apa-apa tentang kita yang bisa kuselamatkan agar tidak dihapus waktu dan ditelan kematian. Atau mungkin sesederhana, aku hanya sedang...rindu.</blockquote><o:p></o:p><p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><b>Selamat Hari Ayah. </b><o:p></o:p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><b>Tangerang, 12 November 2021</b><o:p></o:p></p><p align="justify" class="p" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0000pt; margin-top: 0.0000pt; mso-pagination: widow-orphan; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><b>11.38</b><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-69834247954731551342021-07-12T16:54:00.001+07:002021-07-12T17:00:02.196+07:00Tentang Aku yang Tidak Lagi Suka Nonton di Bioskop<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aku
suka sekali menonton film apalagi jika dilakukan di bioskop. Nyaris semua
hal-hal yang khas dari gedung teater film tersebut pasti kusukai. Mulai dari
aroma popcorn, suara mesin minuman, pendingin ruangan lebih sejuk, pilihan musik
latar, lorong tunggu berpenerangan teduh, hingga pengisi suara pengumuman yang
populer itu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saking
sukanya, setiap pulang kuliah, magang, sampai kerja tahun pertama, aku selalu memilih
berakhir pekan di sana. Pernah suatu tahun, daftar film paling diantisipasi habis
kutonton satu per satu. Malam pergantian tahun ketika banyak orang memutuskan
membakar jagung atau menyaksikan kembang api, aku justru mengurung diri di bioskop
menonton sajian film tahun baru. Saat selesai sekitar pukul satu pagi, jalanan
sudah lengang dan aku akan berhenti di gerobak tek-tek nasi goreng yang masih
buka 24 jam.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0MsYDJbU4O4KVyGzjWomULgoJFYNr3OOCXnWKJlcdpOkfsZZ38UbTAeTvSe3_ZWEDO7cnJqP-iaElq770xNHye3nGzEZSh0UYvuyCk_k8OAR5zE0ENbkaftURs52fqurLkQbBFk2h4EQ/s960/9632564198_6b0ae26116_b.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="643" data-original-width="960" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0MsYDJbU4O4KVyGzjWomULgoJFYNr3OOCXnWKJlcdpOkfsZZ38UbTAeTvSe3_ZWEDO7cnJqP-iaElq770xNHye3nGzEZSh0UYvuyCk_k8OAR5zE0ENbkaftURs52fqurLkQbBFk2h4EQ/w400-h268/9632564198_6b0ae26116_b.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto: <a href="https://www.flickr.com/photos/krkojzla/9632564198" target="_blank">Boris Krstic, Flickr</a></td></tr></tbody></table><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Alih-alih
bersama teman, sahabat, kerabat, apalagi pacar, aku melakukan kebiasaan favorit
ini dengan papa. Kami punya ritual khusus sebelum menonton film yang selalu segar
kuingat: memburu promo di aplikasi pembelian tiket, membeli roti kopi dan menyimpannya
di tas untuk diselundupkan sebagai camilan nonton, memesan mi instan telur atau
kentang goreng atau <i>sundae</i> atau boba sembari menunggu pemutaran film (kami
paling suka memilih jam putar terakhir, sekitar jam 9 atau setengah 9 atau jam
10 atau lebih). <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kebiasaan
tersebut dilakukan rutin dan menahun. Perlahan menjelma momen yang kalau
dikenang ulang selalu berhasil menghangatkan hati. Namun, segalanya berhenti
setelah pandemi datang dan papa tak pernah lagi pulang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Sejak
itu, terjadi perubahan besar dalam hidupku. Aku punya ketakutan baru: pergi ke
bioskop. Hal yang dulunya sangat indah untuk dilakoni justru begitu menyakitkan
saat ini. Semesta berhasil melahirkan sesuatu yang begitu keras dan padat untuk
menabrak batinku tanpa ampun. Rasanya seperti memiliki baju favorit saat kau
kecil dulu, tapi saat kau paksa kenakan sekarang sudah tak lagi pas, sebaliknya
baju itu menyekap tubuhmu bagai pelukan kasar dan kencang yang menyesakkan. </blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untukku,
pergi dan menonton film di bioskop adalah kengerian yang lebih hebat dibanding
berangkat ke laut tempat papa dilarung saat sudah jadi abu. Aku tidak punya
banyak kenangan tentang sungai dan laut, tapi aku menyimpan kegembiraan akhir
pekan dan kehangatan cinta bersama papa di bioskop. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aku
tidak mungkin melangkah di lorong bioskop untuk memilih bangku kosong,
mengantre tiket di loker, mampir ke toiletnya yang bersih, membeli camilannya
yang mahal, dan lain-lain tanpa terluka, dihajar kenangan, dikoyak abis
kesepian yang diam-diam membuatku tidak waras.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bioskop
bagiku bukan lagi tempat hiburan, melainkan ziarah. Berkas bayangan papa yang
duduk di bangku tunggu sambil bermain Facebook atau gim daring menamparku
habis-habisan. Berkas bayangan papa yang menepuk pundakku untuk pergi merokok
sebentar di parkiran bioskop menggulungku dalam-dalam.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Papa
telah pergi dan menyisakan kenangan yang penuh perlawanan untuk
mempertahankannya tanpa babak belur. Menonton bioskop tanpa papa seperti
menumbuhkan duri-duri kecil yang membunuhku dari dalam. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></blockquote><span style="mso-spacerun: yes;"></span><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Maka
itu, aku mulai keranjingan aplikasi film streaming yang dulu aku bilang bikin
lelah mata dan tidak menawarkan pengalaman menonton sepenuhnya. Tapi sekarang
justru menyelamatkanku dari kesedihan-kesedihan yang terus memanjang tiada jeda.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><i>- Tangerang,
16.40 pm </i><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><i>Ditulis
sambil membayangkan aku dan papa ke luar bioskop sebagai penonton terakhir,
lalu menikmati setiap langkah di mal gelap dan sepi menuju tempat parkir. Aku
rindu asap rokok papa yang berkali-kali kukeluhkan menabrak wajahku. Aku rindu
papa yang mengebut di jalan tengah malam. Aku rindu pria yang kupanggil papa
tanpa gelar almarhum di depannya. </i><o:p></o:p></span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-69903773290768941202021-06-04T15:53:00.005+07:002021-06-04T15:56:08.714+07:00Bagian-bagian yang Telah Berubah<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Aku
tidak mahir menghadapi perubahan, sementara kata banyak orang kehidupan justru
berjalan karena adanya yang berubah. Maka, di sinilah aku: duduk di tepi jalan
kompleks perumahan menjelang petang, mengenakan pakaian <i>jogging, </i>membawa
makanan kucing, dan membiarkan kesibukan berlalu lalang di depanku. Aku bergeming
dan diam-diam merekam perubahan untuk kukabarkan padamu. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDuTKvNF3VGVy8PUubMHpCmk0Vy8gsoDJ4pfhGv8A9ONuuKuFsAlzi0RIQbL1gKEXdm003qbXNyYUEpP4J0TSGNBzTHVrlazmyqCg2DxLm3bYJfcTEstjcPE6Hc-v0UZCwz-gfHbUfUTA/s749/tumblr_4d4dcec5d9c3e7b59b676aca7b699890_24846785_1280.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="561" data-original-width="749" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDuTKvNF3VGVy8PUubMHpCmk0Vy8gsoDJ4pfhGv8A9ONuuKuFsAlzi0RIQbL1gKEXdm003qbXNyYUEpP4J0TSGNBzTHVrlazmyqCg2DxLm3bYJfcTEstjcPE6Hc-v0UZCwz-gfHbUfUTA/w400-h300/tumblr_4d4dcec5d9c3e7b59b676aca7b699890_24846785_1280.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto: <a href="https://datatype-retro.tumblr.com/post/617948771343646720">Running In The Night —  (tumblr.com)</a></td></tr></tbody></table><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Ini
adalah bagian-bagian yang berubah sejak kamu pergi – aku sengaja mencatatnya
dan memberitahumu supaya saat keajaiban datang yang memungkinkanmu pulang ke
rumah, kamu tidak akan tertinggal tentang apa-apa saja yang tidak lagi sama.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Nasi
uduk langgananmu di persimpangan Jl. Aster yang kamu bilang abang penjualnya
ganjil karena baru memasak sehabis maghrib dan lauk pauknya siap sedia saat
jelang pukul delapan malam, sudah tutup. Mungkin bangkrut akibat
kebiasaan janggalnya itu. Siapa yang mau makan nasi uduk malam hari dengan jam
buka sampai subuh? Ya, ada. Itu kamu – eh tidak, kita!<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tidak
hanya tempat nasi uduk favoritmu saja yang berubah, tapi juga rumah makan
vegetarian kesukaanku. Ia sudah tidak buka lagi dan berpindah untuk jualan dari
rumahnya. Aku dan ibu harus bersusah payah mempelajari dan menghafal rute baru
jika ingin tetap makan dari sana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gerobak
keripik singkong yang letaknya di depan gedung tempat les bahasa Inggris saat
aku kecil dulu, kini menjual sebungkus singkong goreng tipis sebesar enam ribu
rupiah. Sudah naik seribu rupiah dari terakhir kali kamu mampir. Tahu bulat
yang biasanya berkeliling tiap sore di kompleks juga tak lagi lewat depan
rumah, begitu pun ibu-ibu Yakult bersepeda tak lagi berkunjung ke rumah kita
untuk menawarkan jualannya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perubahan-perubahan
kecil ini diikuti juga oleh yang besar-besar, asal kamu tahu. Giant akhir Juli
nanti dikabarkan akan tutup total. Padahal, kita belum sempat belanja bulanan
terakhir kalinya di sana. Orang yang selama ini membuatmu menggerutu di depan
televisi, Menteri Kesehatan kita, sudah dicopot dan berganti orang. Aku belum
sempat bertanya padamu bagaimana pendapatmu mengenai sosok baru ini, tapi kamu sudah
memilih pergi terlebih dulu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oh,
ada lagi. Sinetron yang sering kita tonton sebelum tidur juga sudah tamat.
Beberapa tokoh antagonisnya berubah menjadi baik sebelum berakhir bahagia.
Tokoh utama hidup damai dengan keluarga besarnya. Aku menontonnya sampai
selesai untukmu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di
samping itu semua, banyak kabar dari teman-temanku dan kamu yang juga berubah.
Walau orang-orang bilang bukan ‘kabar perubahan’ melainkan ‘kabar terbaru’,
buatku tetap saja yang baru mengandung ubah. Ibu dari salah satu sahabat
sekolahku meninggal. Bapak penjual nasi uduk yang tidak terlalu kamu sukai
dagangannya karena menurutmu terlampau mahal untuk nasi uduk <i>topping</i>
jengkol seharga lima belas sampai delapan belas ribu, juga meninggal. Tetangga seberang
rumah kita lebih sering menutup pagar pintu dibanding membukanya semenjak tahu
kamu tak akan lagi berkunjung. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sampai
di sini dulu cicilan kabar perubahan yang kusampaikan padamu. Satu per satu agar kamu
tidak terkejut betapa banyak yang berganti ketika kamu pergi dan aku masih di
sini. Jangan tanya bagaimana rasanya menyaksikan perubahan-perubahan yang
(lagi-lagi) kata orang, membentuk denyut kehidupan, tanpa kamu bersamaku. Sebab,
apa yang berada di kedalamanku juga telah berubah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Ada
sisa-sisa kesedihan yang seberapa keras pun aku berusaha mengeluarkannya tetap
saja gagal karena sudah mendekam di dada dan menjadi batu. Ini perubahan yang
pasti dan abadi sejak kamu pergi. </blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tangerang,
15.48 pm<o:p></o:p></span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-31523628004066682602021-05-23T12:57:00.005+07:002021-05-23T12:57:26.552+07:00Kerinduan Membawaku Memimpikanmu Tanpa Koma<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kerinduan
membawaku memimpikanmu selama tiga hari berturut-turut. Kamu mengajakku ke toko
swalayan untuk memilih piyama berwarna biru kesukaanku. Kamu mengantarku ke
tempat ibadah dan mengajariku cara bersembahyang untuk pertama kalinya. Kamu
mengawasiku bermain di ruang tengah dan sesekali ikut bergabung. Masih banyak
lagi dan satu yang pasti: dalam mimpi itu, kamu tidak pergi dan masih di sini. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxIQLK4SjTWkJkFtpkdqNvc20CfGwh-MRYcSrnmXERPa4FfEVkDLHeaVWQ5SVtlP6EmAU2r1RgU5TV4ZolTc-fDdqS8VvzwjYdsfW-kRqzIZD6aOoBkuAPitIV66nDy1upZaq_LWHV5eo/s500/original+%25282%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="322" data-original-width="500" height="258" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxIQLK4SjTWkJkFtpkdqNvc20CfGwh-MRYcSrnmXERPa4FfEVkDLHeaVWQ5SVtlP6EmAU2r1RgU5TV4ZolTc-fDdqS8VvzwjYdsfW-kRqzIZD6aOoBkuAPitIV66nDy1upZaq_LWHV5eo/w400-h258/original+%25282%2529.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: <a href="https://weheartit.com/entry/11942076" target="_blank">We Heart It</a></td></tr></tbody></table></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kupikir
aku akan punya hobi baru: tidur. Sebab dengan begitu, aku bisa terus bermimpi karena
hanya di sanalah aku bisa bertemu denganmu dalam sosok utuh dan mendekapmu erat
seperti yang sudah-sudah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Di
dalam mimpi, kamu tidak merasa sakit apalagi mati. Mungkin selama ini kita telah
salah. Mimpi bukan bunga tidur yang layu saat bangun, melainkan kehidupan nyata
sesungguhnya. Di sana segala berjalan begitu ajaib dan bebas berfantasi. Setiap
kemungkinan punya peluang untuk terjadi dan kamu bisa jadi apa serta siapa
saja. Berbeda dengan semesta saat ini yang membatasimu lewat aturan-aturan tak
kasat mata.</blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Namun,
pada akhirnya kamu menganggapku hanya bercanda. Bagaimana tidak? Aku tetap
terbangun sepanjang dan selama apa pun aku bermimpi. Lama kemudian aku
menyadari mimpi-mimpi itu hanyalah cara ingatanku merawat kenangan tentangmu
sekaligus mengobati kerinduan yang tersesat karena rumah tempatnya berpulang
sudah pergi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Tangerang,
12.54 pm – satu hari menuju ulang tahun papa<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><o:p> </o:p></span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-82232549162748239972021-05-23T12:36:00.005+07:002021-05-23T12:36:49.192+07:00Cara (Tidak Jitu) Menangani Kepergianmu<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tidak
ada orang yang benar-benar sembuh setelah kehilangan. Setidaknya itu yang kupelajari
sesudah kamu pergi dan meninggalkanku sendiri bersama dunia yang terus berganti
wajah setiap harinya. Aku tidak kuat, hanya dalam posisi bertahan untuk tidak
ambruk ketika orang-orang mencoba membohongiku dengan berkata semua akan
baik-baik saja. Mau tahu cara yang kulakukan untuk menangani ketiadaanmu? Sini,
kuceritakan satu persatu. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaNg06-qZEBwJjAZV5i9ZzVA7WYjReCXZIyCbQ75d-wCxmDfoe66T55RAR75nUjgD0SQ_XRcaPOy2LieHpa3S0E66hhCnDYlGbG_OWMcOmpgY5zhP5mpWMtigNDFZR9P5yip0Gw_BNQ6A/s500/original+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="331" data-original-width="500" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaNg06-qZEBwJjAZV5i9ZzVA7WYjReCXZIyCbQ75d-wCxmDfoe66T55RAR75nUjgD0SQ_XRcaPOy2LieHpa3S0E66hhCnDYlGbG_OWMcOmpgY5zhP5mpWMtigNDFZR9P5yip0Gw_BNQ6A/w400-h265/original+%25281%2529.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: <a href="https://weheartit.com/entry/80589927">We Heart It</a></td></tr></tbody></table></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Aku
memutar salah satu lagu dari grup musik tahun 90-an yang pernah kita nyanyikan
nyaring saat tengah malam di kamar jelang tidur. Bedanya, kali ini aku melagukannya
seorang diri. Tidak peduli tangga nada apalagi barisan lirik, yang penting aku
bisa berteriak melalui lagu-lagu kita dulu dan membiarkan kesedihan
berhamburan. Diam-diam aku menyimpan harap agar samar aku bisa mendengar
suaramu ikut bernyanyi di awal lagu yang dimulai dengan bunyi pecahan kaca.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
mengirim pesan padamu hampir setiap hari. Bercerita padamu jika aku mendapat kiriman
parsel kopi yang biasanya kubagi dua bersamamu, bapak RT masih menagih iuran
dengan cara menyebalkan, warung makan favorit kita sudah tidak lagi buka, dan lain-lain.
Di antara pesan-pesan yang selamanya tak akan terbaca itu, aku menyelipkan asa
mungkin suatu saat nanti secara ajaib akan terbalas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
merebahkan diri di atas tempat tidur dan memandang langit-langit yang kosong. Biasanya
aku akan membayangkannya sebagai kanvas untuk berkhayal segala
kemungkinan-kemungkinan. Namun, kusadari kehidupan ini bukan plot novel yang
memungkinkan aku sebagai tokoh utama bisa membuat kesepakatan dengan malaikat
atau setan, dengan tuhan atau hantu, agar bisa menghidupkanmu lagi dengan
jaminan tertentu. Kesempatan kedua tidak berlaku untuk hal semacam itu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Dan,
banyak cara-cara lainnya tapi tidak satu pun yang mampu membuatku memahami kamu
pergi, tiada, dan membiarkanku menghadapi semesta yang tercipta tanpa buku
manual. Kamu pergi dan sampai hari ini tidak ada cara yang benar-benar jitu untuk
hidup tanpa merasa ganjil, tercerabut, dan pincang. </blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Tangerang,
12.32 pm – satu hari menuju ulang tahun papa</span> </p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-51236235177461636652021-05-23T11:27:00.004+07:002021-05-23T11:28:35.280+07:00Bagian-bagian yang Kutakuti dari Kehilangan<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setengah
tahun berlalu sejak kamu pergi tanpa isyarat. Aku sudah memutuskan untuk tidak
menangis setiap hari. Namun, bukan berarti kesedihan selesai dituntaskan. Aku
masih sering mampir ke kamarmu yang berlampu redup sekadar duduk di pinggir
ranjang dan membayangkan kamu masih tidur di sana sembari menonton video musik
favoritmu. Atau, setiap petang aku akan pergi ke halaman belakang tempat kamu
mandi sore saat saluran air toilet mampat untuk mencari-cari aroma tubuhmu. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ2IkkYc6DTh1DFfINw7M7kETLGaEeboIBFTPtjuJxIbdeEObm3xuhx9JBLTHfer-0NJ9A8zY_rbhTU5U1yzyMJ2HgnqRzGLySa4CzZcGIcTrqAOI3nvAmM33Cr2VydHAb0Ma_z_ywmcw/s500/original.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="333" data-original-width="500" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ2IkkYc6DTh1DFfINw7M7kETLGaEeboIBFTPtjuJxIbdeEObm3xuhx9JBLTHfer-0NJ9A8zY_rbhTU5U1yzyMJ2HgnqRzGLySa4CzZcGIcTrqAOI3nvAmM33Cr2VydHAb0Ma_z_ywmcw/w400-h266/original.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: <a href="https://weheartit.com/entry/81401680" target="_blank">We Heart It</a></td></tr></tbody></table><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Kupikir
bagian inilah yang paling kubenci dari kehilangan: hal-hal yang tadinya berupa
rutinitas membosankan menjadi kepingan terpenting yang tiba-tiba ingin kamu
ulang tapi sudah sia-sia. </blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setengah
tahun terlewati sejak kamu pergi tanpa aba-aba. Aku sudah memutuskan untuk
tidak menangis setiap orang lain bertanya tentangmu. Namun, aku menolak diri
disebut kuat. Aku lebih suka dibilang sedang bertahan. Sebab sampai hari ini, aku
hanya pembelajar yang masih sering gagal untuk membiasakan diri hidup tanpa
sahutan-sahutanmu. Lebih tepatnya, aku masih mencari tahu cara mencapai ikhlas
dalam formula yang benar-benar utuh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kupikir
bagian inilah yang paling kutakuti dari kehilangan: aku terjebak sendirian di
labirin yang penuh pengandaian-pengandaian tanpa jeda. Sementara dunia
memaksaku menerima jika yang tersisa darimu hanyalah sepotong nama di KTP yang
tidak lagi aktif atau tagihan token listrik yang masih belum berganti nama. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Setengah
tahun terlalui sejak kamu pergi begitu saja. Aku masih gagal mengetahui cara
untuk tidak menangis setiap mengeja namamu, melihat fotomu, menonton film
bioskop, menaiki motor, melangkah di parkiran mal, mengelilingi kota, dan
lain-lainnya yang kalau kusebutkan orang-orang akan tahu ternyata kedukaan
begitu cerdas menyembunyikan diri di dalam aku yang hancur lebur. </blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kupikir
bagian inilah yang paling kuhindari dari kehilangan: melakukan segala hal seperti
biasanya dan berkali-kali menemukan bahwa kamu memang sudah tidak lagi di sini.
Setiap hari aku tidak berhenti diingatkan semesta jika kamu tidak akan pulang –
tidak ada klakson tidak sabarmu agar aku membuka pagar, bau asap tembakaumu
yang menganggu, gerutu-gerutuanmu terhadap negara, dan lain-lainnya yang kalau
kukatakan satu persatu semakin menegaskan ketidakberdayaanku menghadapi
kepergianmu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Papa,
kamu sudah tiada dan aku sibuk mencari cara melindungi diri dari
ketidakwarasan.</blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><i>Tangerang,
11.20 pm satu hari menuju ulang tahun papa</i><o:p></o:p></span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-9536092424804148862021-05-22T15:51:00.003+07:002021-05-23T11:21:39.075+07:00Dunia dengan Segala Kehilangan di Dalamnya<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kemarin,
aku bekerja sampai cukup malam di kota tetangga. Mobil berbasis pemesanan
daring tidak kunjung datang dan membatalkan rencana perjalanan karena alasan
akses macet. Akhirnya kuputuskan memilih motor agar mudah menyalip dan menembus
padat kendaraan yang berjalan tersendat. Pilihan yang kemudian mengundang
segala ingatan tentangmu. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzcW1tRZdmeAgV3vpXySSCQb4enSJ_weQU8oVkVdHRmCf8dRuZpEP2zagbW8wTOQ-tXWOsjFOCB9EuYZwyKEGVXJrb3wbhlVJ2uos1dnQgw_dPbWY7n_uRHCn9Lo-g0aEnDXShcEfhlyc/s540/ab7261f570da0206998081575ef0d8cf.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="360" data-original-width="540" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzcW1tRZdmeAgV3vpXySSCQb4enSJ_weQU8oVkVdHRmCf8dRuZpEP2zagbW8wTOQ-tXWOsjFOCB9EuYZwyKEGVXJrb3wbhlVJ2uos1dnQgw_dPbWY7n_uRHCn9Lo-g0aEnDXShcEfhlyc/w400-h266/ab7261f570da0206998081575ef0d8cf.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber:<a href="https://id.pinterest.com/pin/34902965852306420/" target="_blank"> Pinterest</a></td></tr></tbody></table><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Nyaris
seluruh kenangan kita dimulai dari atas motor. Punggungmu yang dibalut jaket
biru dongker kusam dari jok belakang adalah pemandangan rutin tiap pagi dan
sore, sesekali malam. Kamu dan motormu selalu siap sedia mengantarku ke mana
saja, menjemputku dari mana saja seperti pintu ajaib Doraemon.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saat
aku mendapat izin pertama kali dari ibu untuk menginap di rumah teman pada
malam tahun baru. Besok paginya, kamu sudah melajukan motor untuk membawaku
pulang. Ketika aku bersikeras ingin aktif di salah satu komunitas literasi
pinggir kota, kamu mengajakku berkeliling dengan motormu untuk mencari alamat
tempat komunitasnya bergiat. Pernah juga, aku memintamu datang karena waktu
bekerjaku sudah usai tapi ternyata masih ada beberapa berkas yang perlu diselesaikan.
Kamu tiba tepat waktu dan menunggu di seberang gedung sembari duduk di atas
motormu. <o:p></o:p></span></i></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></i></p><blockquote><i>Kamu
selalu berhasil hadir di momen sederhana tapi penting. Setelahnya, percakapan kita
sepanjang perjalanan menjelma diari tak kasat mata. Kita mengomentari
orang-orang, memikirkan nanti malam makan apa, mengutuk kesialan-kesialan,
hingga memilih film untuk ditonton pada akhir pekan dengan tiket setengah
harga. Semua kita lakukan di atas motor karena hanya di atas kendaraan itulah, kita
berdua tidak sibuk dengan ponsel masing-masing – aku tidak gila kerja dan kau
tidak kecanduan media sosial. </i></blockquote><i><o:p></o:p></i><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Merah
berpendar dari lampu lalu lintas sehingga motor asing yang kutumpangi memilih
berhenti. Aku mengambil napas dalam dan mengunci sebentar laci kenangan tentangmu.
Ingatan akanmu sudah terlalu basah hingga membuat mataku lembap.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></i></p><blockquote><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kamu
pergi dan tidak pernah sehari pun seisi semesta absen untuk mengingatkanku padamu.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <i>Kamu</i>
<i>sudah tiada dan aku tidak bisa apa-apa kecuali memeliharamu dalam kepala dan
merawatmu sebagai kenangan.</i></span></blockquote><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><i><o:p></o:p></i></span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Motor
kembali melaju untuk menuntaskan perjalanan menuju rumah. Malam itu, aku
melihat apartemen yang gedungnya begitu menjulang tinggi seperti ingin menusuk
langit. Aku membayangkan bisa lompat dari motor dan memanjati balkon demi
balkonnya untuk bertemu denganmu di atas sana. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Namun, nyaring klakson
menyadarkanku jika ini bukan dongeng ‘Jack dan Pohon Kacang’, melainkan dunia
dengan segala kehilangan di dalamnya. </blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> - Tangerang,
15.41 pm, dua hari menuju ulang tahun papa<o:p></o:p></span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-8957136111034641542021-01-30T21:48:00.007+07:002021-03-14T16:34:49.075+07:00Bagaimana Caraku Sembuh?<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Bagaimana
cara aku sembuh? Aku tidak terlalu menyukai pertanyaan ini, seakan-akan
kehilanganmu adalah sebuah penyakit atau kelainan. Rasanya memang janggal – kau
tiba-tiba pergi dan aku jadi pincang. Aku lebih suka menyebutnya, bagaimana
cara aku hidup berdampingan dengan ketiadaanmu?</blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jadi,
dulu aku pernah ditinggal seorang nenek. Aku menangis sepanjang hari. Kuputuskan
untuk pergi ke tempat ibadah yang kata orang-orang bisa melapangkan jalan roh
menuju surga. Kuminta jemaat mengirim doa bersamaku malam itu, sepulangnya aku
menulis berlembar-lembar halaman kenangan tentangnya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_zrzC_bXtR0IAJwv8vApJGwXY9pM_Sx-oCSYXFVLYEptqihjN2CTys7V_cbFO1bhBUzdbEIVWx5oWjNhWZ9KxQHde93NxNM795omCD-hEkfMynbI1FS8yyPCsYwK6yHT6jwnanIi7gz8/s400/arvores-dark-floresta-folk-Favim.com-2745914.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="393" data-original-width="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_zrzC_bXtR0IAJwv8vApJGwXY9pM_Sx-oCSYXFVLYEptqihjN2CTys7V_cbFO1bhBUzdbEIVWx5oWjNhWZ9KxQHde93NxNM795omCD-hEkfMynbI1FS8yyPCsYwK6yHT6jwnanIi7gz8/s320/arvores-dark-floresta-folk-Favim.com-2745914.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto: <a href="https://favim.com/image/2745914/" target="_blank">Favim</a></td></tr></tbody></table></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jadi,
dulu aku pernah ditinggal seorang pria. Aku menangis sepanjang malam hingga hanya
ditemani denging panjang radio yang tak lagi ada siaran. Lalu, pada malam
jelang subuh pada titik tersunyi itu, aku membuka asal halaman buku puisi yang
kubacakan selantang-lantangnya. Berharap kesedihanku bisa keluar dan lesap
bersamaan dengan puisi-puisi yang tenggelam karena tidak ada yang mendengar. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jadi,
dulu aku pernah ditinggal seekor anjing. Aku menangis sepanjang bulan. Pada
malam-malam yang tidak pernah orang tahu, aku bangun dari tidur hanya untuk
mengintip kendang kosong dari tirai gorden ruang tengah. Kata orang rumah aku
setengah gila, kataku sedang mengobati kerinduan yang tak tahu cara tuntas.
Setelahnya kuperingati kematian ke tiga puluh harinya dengan menulis majalah obituari.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jadi,
sekarang aku ditinggal olehmu. Aku melakukan kombinasi hal-hal yang kukira dulu
berhasil mengisiku kembali, tapi anehnya kali ini tidak bekerja baik padaku.
Apakah ada caraku yang salah? Apakah ada yang terlewat? Apakah perlu kulakukan
ulang dengan lebih keras?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Atau
mungkin…kau lebih dari sekadar seorang tua, kekasih, dan keluarga. Kau ayahku,
bagian dari hidupku. Untuk itu, aku tak pernah tahu cara terbaik kehilanganmu
atau hidup dengan …kehilangan itu. </blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
hanya punya cara hidup saat bersamamu, saat kau masih ada di sini; hidup. Sampai
hari ini masih terasa nyata, Pa. <o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Ditulis sembari menikmati lantunan sunyi Bon Iver</span></p><br /><p></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-39643903352127720262021-01-30T21:18:00.002+07:002021-03-14T16:34:59.367+07:00Percakapan<p><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Pagi
ini kau bangun seperti biasa. Boneka Santa Claus masih tiga dan berbaris rapi
di pinggir ranjang. Ibu sudah sibuk di dapur merebus sup sayur katuk seperti pesannya
kemarin. Gorden kamar yang belum dibuka. Ponsel di samping bantal. Dan, kau
masih bernapas. Semua baik-baik saja, tapi mengapa rasanya ada yang salah?</span></p><p><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"></span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvHiy0dCnJ6p3oYfazysGuYWG9rJe2ETrkQ4HY11cP3yziImBPYKz1L0G86jO8EPZi_7G61palYge6WFsqYjo_4tmyxjzevVTGFoitTmdGNMJ4yxtipGzhAPMNfnFvem1nlFk22Kot9bs/s500/folk-girl-photo-Favim.com-192693.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="333" data-original-width="500" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvHiy0dCnJ6p3oYfazysGuYWG9rJe2ETrkQ4HY11cP3yziImBPYKz1L0G86jO8EPZi_7G61palYge6WFsqYjo_4tmyxjzevVTGFoitTmdGNMJ4yxtipGzhAPMNfnFvem1nlFk22Kot9bs/s320/folk-girl-photo-Favim.com-192693.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto: <a href="https://favim.com/image/192693/" target="_blank">Favim</a></td></tr></tbody></table><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;"><br /></span><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tanpa
membasuh tubuh, kau mengambil jaket panjang berukuran besar dan memutuskan ke
luar rumah begitu saja. Kaubilang pada ibu mau memberi makan kucing kompleks
seperti yang sudah-sudah, padahal tidak kaubawa apapun di kantong.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kau
hanya berjalan dalam diam sepanjang pagi menuju siang. Di persimpangan
kompleks, kau berhenti untuk duduk di bahu jalan yang sudah dibangun dengan bata
bersemen tinggi yang kokoh. Lalu, kau mulai menggugat banyak hal.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></p><blockquote>“Menurutku,
konsep kematian sangat tidak adil. Kita bukan hanya tidak tahu kapan mati, tapi
juga tidak pernah tahu kabar seseorang yang sudah tiada. Apa yang dilakukannnya
sekarang? Bagaimana kabarnya?”</blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kau
tak henti-hentinya menatap langit yang kata kau lebih mampu menyimpan rahasia daripada
buku harian bergembok. Atau lebih tepatnya karena kau menganggap langit adalah
nisan paling tepat bagi orang-orang yang meninggal, karena bukankah katanya
masuk surga? <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kau
masih gelisah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></p><blockquote>“Kau
tahu apa yang paling terasa tidak benar setelah kau kehilangan seseorang? Dunia
di sekelilingmu berjalan seperti tidak terjadi apa-apa, sementara dunia di
kedalaman dirimu hancur berantakan. Seolah-olah semesta tidak berduka atas apa
yang menimpamu.”</blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kau
terdiam. Lama sekali sampai kukira kau tidak ada di sampingku. Lalu tiba-tiba kau
mulai menangis. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></p><blockquote>“Saat
ia pergi, baru kusadari rutinitas adalah bukti konsistensi darinya. Bukan
bentuk kebosanan yang kukeluhkan. Bagaimana harus kujelaskan ini? Penyesalan?”</blockquote><p> </p><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></p><blockquote><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Aku
lebih suka menyebutnya kerinduan,” ujarku pada akhirnya.</span></p></blockquote><p> </p><blockquote><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Kupikir
Tuhan punya konsep kematian yang adil. Kita tidak diberi tahu kapan kita mati
untuk menghargai siapa yang masih kita miliki hari ini. Kita tidak diberi tahu
bagaimana kabar ia yang sudah berpulang agar kita tidak hidup dengan terus
menoleh ke belakang.”</span></p></blockquote><p> </p><blockquote><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">“Bumi
masih berputar, fajar masih terbit, senja masih terbenam, bulan masih menjadi
sabit dan kemudian Kembali purnama. Semesta berjalan semestinya untuk memberi
tahu jika hidup kita masih perlu berlanjut.”</span></p></blockquote><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Tiba-tiba
kau beranjak. Tidak menghirauku, berjalan begitu saja…<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><b>menembus
tubuhku. </b></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Saat itulah kulihat para malaikat bernyanyi tapi tidak ada satupun
yang terdengar oleh telingaku.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-66729040653946962022021-01-21T16:41:00.001+07:002021-01-21T16:43:22.311+07:00Bagian-bagian yang Masih Sama<p> </p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Dunia berjalan seperti biasanya, Pa. Kwetiau langganan
kita tetap buka jelang maghrib. Ibu-ibu Yakult masih mengunjungi rumah kita
setiap dua minggu sekali. Warung nasi padang favoritmu masih memberikan bonus es
teh manis tiap Jumat. Kios kecil di pinggir jalan kompleks tempat kau membeli
dua bungkus rokok yang kubilang akan membuatmu kanker tetap berjualan selama 24
jam. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"></span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ3HkPKOaeJOGcSwMVI56v4bHpen5pSegZksluTCRJOLwZqaMHaTnceOAYnsggnSio6aPRmQ2ws2sXsaGy_DlM8Cp4UMaNUxVuXxjoe4j5R2MITsJO_8OEBYsZ_xixIk1cqUHJC6VrlB8/s1600/67116d43e39e1d24cb1df22a00a59c07.jpg" style="font-size: 12pt; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ3HkPKOaeJOGcSwMVI56v4bHpen5pSegZksluTCRJOLwZqaMHaTnceOAYnsggnSio6aPRmQ2ws2sXsaGy_DlM8Cp4UMaNUxVuXxjoe4j5R2MITsJO_8OEBYsZ_xixIk1cqUHJC6VrlB8/w225-h400/67116d43e39e1d24cb1df22a00a59c07.jpg" width="225" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto: <a href="https://id.pinterest.com/pin/666814288563076670/" target="_blank">Pinterest</a></td></tr></tbody></table><span style="font-size: 12pt; text-align: left;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="text-align: left;"></span></p><blockquote style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Tetangga seberang rumah masih memelihara burung-burung
dan ikan cupang, serta sesekali membuka pagarnya untuk menjemur burung dan
membilas akurarium ikan. Pos satpam di ujung kompleks masih sering diisi
kelompok ronda bapak-bapak. Tukang cingcongfan dan tahu bulat keliling masih
lewat di kompleks.</span></blockquote><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Apa? Kautanyakan kabar Mama? Mama masih seperti semula
– sering mengoceh tentang menu makan setiap hari, menceramahiku mengenai
keberadaan Tuhan dan surga-neraka, menyangkutpautkan banyak hal dengan klenik,
dan lain-lain yang pasti kauhafal. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Kalau aku? Tetap kayak dulu. Aku masih bekerja di
rumah dengan banyak keluhan dan niatan sama untuk bisa bekerja paruh waktu
suatu saat nanti. Tetap streetfeeding sore seusai kerja. Undangan mengisi kelas
dan seminar kepenulisan masih sering kuterima, termasuk memenuhi diri dengan
proyek-proyek yang tak pernah usai. Aku jadi ingat, Pa. Kau dulu sering
menegurku mengambil cuti bukan untuk jeda, melainkan justru mengerjakan proyek
lain. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"></span></p><blockquote>Semua masih sama, Pa. Hanya terasa tidak baik-baik
saja. </blockquote><o:p></o:p><p></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8073204630966656628.post-81184743785929374222021-01-17T14:36:00.009+07:002021-01-17T14:49:16.761+07:00Catatan Pendek #NarasiAyah IV<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari
ini ibu memberesi baju-baju papa. Baru hari ini kami berdua menyadari jika papa
memiliki banyak sekali pakaian baru, mulai dari jaket, kemeja, hingga kaus. Semuanya
tersebar secara berantakan di kardus-kardus di gudang dan lemari. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCsCtma3lJNNFsEcqrD2-wa7i772alryRBJ-O6Y0CyoPX5wLeL6yEVSgZ35KUOhMknlCLmyzMh5ZSNrdNF0fve0C_47EuEyFNLAuT-C6f1Ku2pMQXw2XKJw4ib9vx9naE4dEsvz7264mQ/s500/beautiful-city-lights-love-Favim.com-2089241.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="328" data-original-width="500" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCsCtma3lJNNFsEcqrD2-wa7i772alryRBJ-O6Y0CyoPX5wLeL6yEVSgZ35KUOhMknlCLmyzMh5ZSNrdNF0fve0C_47EuEyFNLAuT-C6f1Ku2pMQXw2XKJw4ib9vx9naE4dEsvz7264mQ/w400-h263/beautiful-city-lights-love-Favim.com-2089241.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber foto: <a href="https://favim.com/image/2089241/">Favim</a></td></tr></tbody></table><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">Ibu
dan aku kemudian saling menebak-nebak pakaian tadi didapat papa dari mana.
Kiriman keluarga jauh di kampung halaman, hadiah dari kuis atau event-event
yang kuikuti dan ternyata ukurannya terlampau besar dan hanya muat dipakai papa,
atau memang dibelinya dari bazaar toko swalayan.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lalu,
kami menemukan sepatu papa yang kubeli tahun lalu karena papa bilang
menginginkan sepatu bagus untuk lari pagi. Sepatu kets biru dongker yang baru
digunakannya satu kali karena pada akhirnya papa lebih suka bertelanjang kaki
saat jogging. Di bawah kotak sepatu itu, ibu menarik keluar sebuah tas
selempang abu hitam dan memangkunya lama. Katanya, itu tas yang pernah papa
minta simpan karena bagus dan akan dipakai untuk acara penting. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></p><blockquote>Siang
itu, kegiatan menyusun dan merapikan barang-barang papa tak pernah benar-benar tuntas.
Setiap penemuan mengantar kami pada perbincangan seolah-olah papa masih ada. Pada
akhirnya, barang-barang tadi kembali pada tempatnya semula. Mereka keluar
sejenak hanya untuk mengatasi kerinduan yang tidak tahu jalan pulang. </blockquote><o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dan,
aku diam-diam memeluk salah satu kemeja yang dulu selalu papa pakai untuk
berangkat kerja sebagai sales berpangkat rendah. Kemeja lusuh yang sisi bawahnya
sudah menghitam oleh debu dan usia. Samar-samar, aku masih mencium bau papa di
sana – atau hanya perasaanku saja? Aku merasa kembali menjadi anak kecil yang
berdiri di mulut pintu rumah menunggu papa pulang membawa boneka Sponge Bob
kuning murah yang di dalamnya berisi kain dan tali perca. Menjadi bahagia tak
pernah sesederhana itu sekarang, terutama ketika kau mengetahui ada bagian dari
kedalamanmu yang tak pernah lagi utuh. <o:p></o:p></span></i></p><br /><p></p>Veronica Gabriellahttp://www.blogger.com/profile/00395027043871364569noreply@blogger.com0