Monday 30 June 2014

Beautiful You

Di ruang pertemuan kita – yang berbentuk kotak, kadang kala dinding ruangnya hanya putih vanilla, lalu kamu menggantinya dengan warna krem bermotif daun gugur atau merah muda dengan motif daun hati, di sanalah, sekitar pukul sepuluh malam hingga satu pagi, kita bertemu. Kamu menggoreng telur, aku juga – kita sama-sama mencoba melakukan banyak hal konyol hingga tertawa guling-guling bersama di lantai. Tapi kita juga bisa larut dalam keseriusan, yang membuat kedua mata kita saling menatap lurus, fokus dan berbicara. Kita biarkan lagu bersenandung melawan rayapan sunyi. Kita izinkan radio berkicau membelah sergapan bisu. Dan, perbincangan kita pun meluap ke permukaan tubuh malam.
“Aku tidak pernah merasa menjadi ‘seseorang’ ataupun ‘sesuatu’. Kutengok rekam jejak kawanku di waktu lampau hingga kini; mereka mampu mengatasi kekurangan, lantas menambalnya edngan segudang prestasi yang teruji saat ini. Sedang aku, tetap di sini berdiri – aku berjalan tapi seolah tidak melangkah. Aku juga merasa tidak layak disebut cantik; aku tak pernah berkenalan dengan alat-alat make up, mennggunakannya apalagi. Hey, lihatlah wajahku yang persegi, tidak menarik ‘tuk diutak-atik,” ujarmu padaku kala itu, telur goreng yang kamu buat sudah mendingin – dicicipi oleh nafas malam. Kujuga lihat manik mata hitam indahmu mendingin, tidak padaku, bukan juga pada gelantungan bintang, tapi pada siluet bayangmu di cermin.
Sahabatku, di sini, di antara kata-kata yang berusaha menyuarakan pada sunyi jika sunyi tidak melulu dihuni sepi dan hening, tapi juga ada ‘suara’ yang begitu keras berteriak padamu. Di sini, sahabatku, bersama kalimat-kalimat yang saling menyusun agar bermuara pada paragraf yang bersua untukmu. Untuk satu hal sederhana yang selama ini sembunyi dan tenggelam oleh belatu-belati yang menusuk benteng hatimu, bahwa kamu …
Kamu adalah sahabatku yang istimewa – pernah kukatakan padamu; jika menjadi sahabatmu adalah hal indah yang pernah ada. Kukatakan kamu istimewa, sebab, kita tidak pernah benar-benar duduk berdua menebak rasi bintang atau membaca konstelasi, namun aku bisa merasakan hangat pelukanmu, rangkulan sayangmu, semangat saranmu hingga ciuman selamat tidurmu – walau kita jauhnya ribuan kilometer. Bahkan, bisa kusentuh aroma telur yang kamu goreng di ruang pertemuan kita hingga tawa manismu yang masih jumpalitan di telingaku. Sebab itulah kamu, jika bukan dirimu – tak ada lagi yang istimewa.
Kamu adalah (calon) seniman, aku memercayai dan meyakini itu – dan kamu juga harus. Aku ingat, kamu menggambar dan sesekali memotret, saat kutanya mengapa; kuingat jawabmu padaku. Karena kamu menyukainya, karena ada yang ingin kamu sampaikan lewat gores tinta dan lensa kamera, dan satu yang terpenting, kamu bahagia ketika melakukannya. Tanpa kamu tahu, itulah seniman sejati – mencipta seluruh karyanya dengan hati yang sejati dan bahagia.
Kamu adalah unik. Karena kamu tidak cantik lewat poles make up. Kamu cantik karena kamu adalah karya seni terbaik Tuhan yang pernah dicipta-Nya. Karena kamu tidak manis lewat operasi plastik. Kamu manis karena kamu terus tersenyum sampai hari ini dan merangkul kawna-kawanmu. Karena kamu tidak cantik dan manis lewat apa pun itu – barang bermerek, perawatan mahal hingga menyewa stylist ternama. Kamu manis dan cantik karena menjadi dirimu sendiri.
Kamu cantik ketika menjadi siapa dirimu. God made you without mistake, you’re not a beauty queen, cause you’re just beautiful to being you. And, for me, your inner beauty has defeated all the make up things we can wear.
Kamu manis ketika tersenyum – because, the best make up girls can wear is SMILE. And, for me, the best smile is YOU.
Kamu sempurna ketika kamu tahu apa yang menjadi ketidaksempurnaanmu – because, you’re perfect in your imperfection. And, for me, the best perfection of you is when God loves you perfectly.
Dan, adalah istimewa menjadi kamu. Dirimu sendiri. Diriku sendiri. Diri kita sendiri. Kita cantik.

Teruntuk sahabat the best one-ku, AlbertaAngela. We’re awesome and we know it, right?
This entry was posted in

2 comments:

  1. The diction is simply beautiful without trying so hard.

    ReplyDelete
  2. Thanks my best one, Perooo :'3
    Speechless bacanya :D

    ReplyDelete