Monday 9 March 2015

Tentang AL

Minggu itu, aku menerima sejumlah pesan bertanda tanya, isinya sama. Menanyakan perihal siapa AL.
Katanya, AL terlalu hidup dalam hari-hariku untuk menjadi sekadar tokoh rekaan. Ada bait cinta yang sengaja dititipkan dalam nama AL, karenanya, banyak yang percaya jika AL bukan orang yang hanya hidup di kepalaku. Lagi-lagi, menurutnya, AL cukup nyata untuk disentuh – oleh kenang, yang mekar dan ranum. Jadi, teka-tekinya masih sama; siapa AL.
Begini saja, akan kukatakan padamu siapa AL, dengan cara yang teramat sederhana. Kamu bisa membayangkannya; mungkin sosoknya, atau setidaknya kamu juga tahu bagaimana bayangnya meningkahi hati yang basah oleh hujan. Karena, ada banyak kunci di sini.
Pertengahan minggu lalu, aku bertemu AL; masih sama dan terus mengulang, ia masih mengenakan malam di tubuhnya - aku akan terus mengulang ini. Agar lebih mudah, kukatakan langit malam yang runtuh itu berarti pakaian hitam, dan pikat malam yang melelapkanmu dalam lantunan pengantar tidur, adalah utuhnya AL. Lalu, tentang mata AL yang meminang bulan; ada tengkar yang terbit di sana, maka itu bulan kerap hanya separuh dan menyisakan aku yang berkecamuk. Remuk; tapi ia tak pernah tahu apa yang melapuk.
Lagi, kini matanya sudah bersarang – bukan di bilik hati, sepasang kacamata berembun, manik mataku maupun ruang memoriku; mata hitamnya membangun rumah di cangkir tehku, pada malam menjelang pagi; hampir pukul dua. Di saat itulah, aku hampir gila.
Jadi, kamu tahu banyak hal tentang AL. Ia yang membuatku hanya mampu berkata; tak ada yang menyisa kecuali menyambutnya pulang*. Ia yang membentuk langkah-langkah getar; yang serupa aspal yang gemeletuk di bawah sepatu*. Ia yang mencipta tanya, apakah mungkin cinta bisa terlambat datang?
Dan, AL bukanlah inisial, ia adalah penggal nama. Bukan lagi seseorang, bukan juga cerita-cerita tentang kekasih. Ini tentang pesan hati tersembunyi yang tak sampai padanya. Jadi, siapakah?
Kujawab; itulah AL.

*kalimat terinsipirasi dari cerpen Dee ‘Back to Heavens Light’
*penggal larik puisi ‘Tajam Hujanmu’ karya Sapardi Djoko Damono

1 comment: