“Verily, there is a heavenly reward for every act of kindness done towards a living animal.” – Nabi Muhammad SAW
Petang
itu, aku menunggu bus di halte Slipi seperti biasa. Laju kendaraan yang
tersendat-sendat jadi pemandangan sehari-hari, ditemani gerutuan orang-orang
yang berkali-kali mengecek waktu lewat jam tangan. Semuanya tampak tidak sabar.
Tak
ada yang lebih penting selain menit demi menit menuju kedatangan bus
selanjutnya, sampai akhirnya aku mendengar lirih suara berisik dari balik tong
sampah. Ketika mencoba menengoknya, aku
menemukan seekor anak kucing dengan bulu yang berdiri kaku – tampak kering
sehabis tercebur air – dengan pandangan takut, tengah berusaha mencari sisa
makanan. Sayangnya makanan yang diharapkan tidak ada, tapi ia tak kunjung
menyerah. Anak kucing ringkih itu melompat ke mulut tong, ia melirik ke dalam
untuk mengecek apakah ada sesuatu yang bisa mengisi perut kosongnya. Namun,
kucing itu justru terpeleset dan badannya jatuh ke dalam tong berisi sampah.
Ketemu anak kucing depan rumah, akhirnya diajak ke teras dan makan ikan kembung sachet-an |
Sedikit
panik, aku hendak menolong. Untungnya, si anak kucing berhasil menjatuhkan tong
sampah sehingga ia bisa keluar dengan selamat. Kejadian selanjutnya begitu mengiris
hati: si anak kucing mengeong keras, tanda kecewa tak menemukan apapun. Sekali
lagi aku menatap mata polosnya yang seakan bicara: ia hanya mau makan. Sesuap
makan untuk menyambung hidupnya hari itu.
Bus
yang kutunggu sudah datang. Orang-orang di belakangku berebut masuk. Aku
memilih mundur dengan pandangan nanar, keluar dari halte dan mencari warung
nasi. Sepotong paha ayam utuh akhirnya kubelikan untuknya. Anak kucing itu
memakannya dengan lahap. Bus-bus dengan beragam rute berhenti bergantian, tapi
tidak ada satu pun yang kumasuki.
Aku
masih di sana, menanti si anak kucing selesai makan. Setelah memastikan
makanannya habis dan ia tak lagi kelaparan, aku baru bisa pulang ke rumah
dengan lega.
Pada momen itulah aku menyadari jika manusia bukan satu-satunya makhluk hidup yang berusaha untuk bertahan hidup setiap harinya.
Semenjak
itu, pandanganku pada anjing dan kucing jalanan jadi berubah. Mereka bukan
hewan domestik yang kebetulan tidak punya rumah dan hidup terlantar di jalan,
tetapi keadaan sulit mereka akibat dari ketidakpedulian kita sebagai manusia.
Aku merasa terusik, dan merasa perlu berbuat sesuatu.
Aku
mulai mengikuti akun-akun penyelamatan satwa domestik untuk mengetahui
bagaimana cara aku bisa berkontribusi. Dan, tahu jika persoalan ini kompleks.
Kian bertambahnya populasi kucing dan anjing liar dikarenakan edukasi mengenai
sterilisasi masihlah tabu. Banyaknya kasus penganiayaan terhadap satwa domestik
bukan hanya disebabkan kurangnya empati dan simpati manusia sejak dini, tetapi
juga lemahnya hukum undang-undang mengenai satwa di Indonesia.
Hampir
putus asa? Rasanya, iya. Tapi bukan berarti jadi alasan menyerah. Karena
kepedulian dimulai dari diri sendiri, sebab tindakan baik digerakkan dari
kuatnya keinginan hati. Aku belajar mengulurkan tangan untuk satwa domestik
terlantar (anjing dan kucing jalanan) dengan satu gerakan sederhana: berbagi.
Namanya “Ayo Streetfeeding”. Kita diajak memberi makan kucing dan anjing jalanan kelaparan yang kita temui. Aku mulai rutin mengikuti ajakan ini, hingga tiap pergi ke minimarket, rak yang akan kudatangi pertama kali adalah yang memajang makanan kucing dan anjing. Hingga aku pun punya petshop favorit yang sering kukunjungi. Hampir tiap bulan aku menyisihkan sebagian penghasilan untuk membeli stok makanan kucing dan anjing (lebih sering makanan kucing), dalam beragam merk. Biasanya aku memilih makanan basah kalengan yang akan kucampur dengan nasi, serta makanan kering kiloan sebagai snack-nya.
saat streetfeeding depan rumah |
Ke
mana saja aku membagikannya? Lingkungan paling dekat: sekitar kompleks rumahku
sendiri. Awalnya sulit karena kucing dan anjing jalanan masih asing denganku.
Namun, karena rutin dan gigih – perlahan aku berhasil mendapat kepercayaan
mereka. Bahkan, mereka tak jarang menunggui depan pagar rumah hingga aku pulang
kerja, selarut apa pun itu. Ketika melihat aku turun dari motor, kucing-kucing
jalanan sekitar kompleks yang berada di seberang rumah atau tengah mengorek
tempat sampah tetangga, berbondong-bondong lari menghampiri. Rasanya jadi punya
gerombolan peliharaan tersendiri.
Kalau
sedang tidak bawa makanan kucing atau anjing, biasanya aku menyisihkan sisa
makanan yang masih layak mereka makan. Sesekali sehabis diberi makan, terutama
anak kucing, sering kali menempelkan pipi mungilnya ke kakiku lalu
menggesek-gesekkan kepalanya di sana. Seakan ingin berbisik, “Terima kasih.”
Seperti
ada yang mengetuk dan menyentuh hatiku lembut sekali, aku menangis. Kupikir apa
yang kulakukan hanyalah tindakan kecil, tapi tanpa disadari, itu berarti banyak
dan luar biasa buat mereka. Mungkin, sepanjang hari mereka sudah mengemis makan
di mana saja, mengais sisa makanan di tong sampah, dan tidak satu pun yang
mereka dapatkan. Lalu ketika ada manusia yang sengaja berbagi makanan buat
mereka, rasanya bagai kelegaan besar buat mereka, yang tak kita pahami.
Sejak
itu, makna berbagi menjadi lebih luas di mataku. Ia tak melulu tentang manusia,
tapi makhluk hidup. Dan, makhluk hidup berarti juga hewan. Aku memilih berbagi
dengan caraku melalui streetfeeding.
Banyak yang bilang, apakah aku tidak takut? Mereka adalah hewan-hewan gembel. Buatku tidak, mereka adalah makhluk hidup juga, ciptaan Tuhan, memberi kasih pada mereka adalah kewajiban yang sesekali dilupakan. Apakah aku tidak rugi? Jumlah mereka semakin lama semakin banyak, secara tidak langsung biaya makan untuk mereka juga bertambah. Buatku, tidak.
Jika memang sedang tidak punya cukup uang, kita bisa memilih merk makanan kucing dan anjing yang lebih murah atau yang berjenis repack. Atau, kita hanya perlu menyisakan makanan sendiri – sedikit saja tidak membuat kita kelaparan seharian. Intinya adalah, mulai saja dulu, #JanganTakutBerbagi
banyak anak kucing yang sembunyi di balik tong sampah buat cari makan, jadi beraniin diri deketin sampah buat ajak mereka makan nasi ikan yang lebih layak |
Banyak yang bilang, apakah aku tidak takut? Mereka adalah hewan-hewan gembel. Buatku tidak, mereka adalah makhluk hidup juga, ciptaan Tuhan, memberi kasih pada mereka adalah kewajiban yang sesekali dilupakan. Apakah aku tidak rugi? Jumlah mereka semakin lama semakin banyak, secara tidak langsung biaya makan untuk mereka juga bertambah. Buatku, tidak.
Jika memang sedang tidak punya cukup uang, kita bisa memilih merk makanan kucing dan anjing yang lebih murah atau yang berjenis repack. Atau, kita hanya perlu menyisakan makanan sendiri – sedikit saja tidak membuat kita kelaparan seharian. Intinya adalah, mulai saja dulu, #JanganTakutBerbagi
Karena sudah satu setengah tahun sejak pertama kali aku melakukan streetfeeding, aku selalu merasa lebih bahagia tiap kali melihat kucing dan anjing jalanan bisa makan. Berbagi makan pada mereka seperti cara istimewa bagiku untuk menghilangkan stress. Bahwa berbagi tidak hanya selagi kita mampu, tetapi juga selama kita berniat mengusahakannya. Selalu ada cara dan jalan. Kita menemukan kekayaan tersendiri di tengah kekurangan kita ketika mulai berbagi. Aku semakin yakin kalau #SayaBerbagiSayaBahagia.
Ayo berbagi
bersama dan buat hari jadi lebih berarti! Ini ceritaku, apa ceritamu?
Tulisannya menyentuh sekali :), Semoga terus mengkampanyekan Street Feeding yahh !
ReplyDeleteSemakin banyak kucing yang tertolong akan sedikit banyak menambah pahala vero :)
Terima kasih sudah baca tulisannya dan harapan baiknya. You too, let's join #streetfeeding! Atau kalau mau berbagi bentuk lain, bisa donasi via Dompet Dhuafa :)
Deletewah tulisannya menginspirasi banget kak untuk berbagi dengan mereka!
ReplyDeleteIt's an honour! Semoga inspirasi yang didapat bida jadi awal untuk bergerak bersama tebarkan pesan #JanganTakutBerbagi.
DeleteKeren! Menginspirasi bgt untuk bisa berbagi dengan sesama makhluk hidup:) lanjutkan vero! Selamatkan hewan liar di luar sana.
ReplyDeleteHalo Lydia, what a kind comments from you! Yup, let's join too :)
DeleteBener bangeeet! Manusia bukan satu-satunya makhluk yang berusaha bertahan hidup. Manusia masih bisa bekerja buat menuhin kebutuhannya, sedangkan mereka hewan jalanan cuman bisa ngais dari tong sampah (itupun kalau dapet), nunggu belas kasihan orang yang lagi makan (itupun kalo dikasih, gak jarang juga udah gak dikasih, malah ditendang, dianiaya) :(
ReplyDeleteSemangat Vero streetfeedingnya, you're such a girl with angel heart! Ini menginspirasi banget buat kita berbagi mulai dari hal kecil dan yang sering kita temui di sekitaran :)
Makasih, Alberta sudah berbagi pandangan kamu juga :) you're also soooo rich by heart.
DeleteHuhu so inspiring ��
ReplyDeletehuehehehehhe you too, keep writing and inspiring together ya!
DeleteTulisannya menyentuh sekali, apalagi kucing adalah hewan kesayangan Rasulullah, hiks hiks hiks.... Kalau di rumahku, kucing-kucing rajin buang kotorannya tiap pagi di halaman rumah....
ReplyDelete