Monday 28 April 2014

It Would Be A Mistake

Malam ini untuk pertama kalinya, aku berhenti menuliskan kisah kita. Sebab kau bilang, ini sebuah kesalahan. Kita berjanji untuk bertemu di tubuh subuh, pukul satu atau dua pagi. Seperti biasa, setelah mencumbui sunyi dan menyetubuhi malam, kita kembali bertemu. Menukar obrol panjang layaknya sahabat yang tak bertemu sekian lamanya waktu. Namun, senja saja belum benar-benar beranjak, kau sudah menyapaku. Kau bilang, ada yang ingin diceritakan. Tentang remuknya hatimu. Tentang hal-hal lampau yang masih menjeratmu. Dan kutepuk pundakmu; cinta itu layaknya permainan truth or dare. Berani jujur mengungkap perasaanmu ataukah memilih tantangan untuk jatuh pada segala resiko akan luka.
Malam ini untuk kedua kalinya, aku berhenti menuliskan kisah kita. Sebab kau bilang, ini sebuah kesalahan. Kau jelaskan padaku sekali lagi bagaimana seseorang dari pigura masa lalumu membayangimu terus-menerus. Bagaimana kau pertama kali bertemu dengannya, menyebut namanya dengan panggilan yang berbeda, menghabiskan waktu bersamanya; waktu yang kau bilang terindah yang pernah kau lewati, dan menyentuhnya dengan penuh perhatian.
Malam ini untuk ketiga kalinya, aku berhenti menuliskan kisah kita. Sebab kau bilang, ini sebuah kesalahan. Aku merengut dari ruang tempat kita bergurau, saat kutahu kau bilang rasa ini hanya menyiksa. Sedangkan kau sendiri tak pernah tahu mana yang lebih menyiksa, melihat kau sudah menjelma budak masa lampau karena sebuah kesalahan yang kita tahu ataukah ketidakmampuan kau beranjak dari seseorang yang membuang rasa.
Maka, malam ini untuk terakhir kalinya, aku tetap melanjutkan tulisan akan kisah kita. Biarlah masa lalumu tetap menjadi sebuah kesalahan. Tanpa kau tahu, jika aku pun telah melakukan kesalahan.
Aku adalah sebuah kesalahan ketika mencintamu. Dan kau adalah sebuah kesalahan itu.

0 Comments:

Post a Comment