Sunday 20 March 2016

'Mengintip' Diari Andy F. Noya




Judul: Kisah Hidupku, Sebuah Biografi Andy F. Noya
Penulis: Robert Adhi KSP
Editor: Andina Dwifatma
Penerbit: Penerbit Buku KOMPAS
Tahun Terbit: 2015

Jika biasanya Andy dikenal sebagai jurnalis yang menyediakan ‘panggung’ bagi cerita inspiratif orang-orang, kini tiba giliran Andy menjadi ‘pemain’-nya di panggung, yang punya peran membagikan kisahnya sendiri. Ketika sudah siap ‘pentas’, banyak yang akhirnya penasaran, ‘curhatan’ apa yang Andy tuangkan dalam Kisah Hidupku. Sampai-sampai Robert Adhi KSP, wartawan senior Kompas yang didaulat jadi penulis bukunya, membutuhkan waktu empat tahun lamanya untuk membujuk Andy agar mau berkisah. Sekaligus, memublikasikan ‘buku harian’ hidupnya pada dunia.
‘Tangga’ Jurnalistik
Andy dan jurnalistik. Kewartawanan dan Andy. Dua hal yang saling melekat satu sama lain. Membicarakan Andy, tak akan lepas dari dunia yang akrab dengan pengolahan berita itu.  Terjunnya Andy ke bidang tersebut dimulai saat ia terlibat dalam proyek penerbitan buku Apa & Siapa Orang Indonesia. Unik, karena Andy baru mendaftar pada proyek tersebut pada tenggat waktu paling akhir. Dan, didorong oleh kesadaran bahwa ia mampu membuat tulisan yang lebih bagus daripada temannya yang ikut. Memang benar. Andy dinyatakan lolos. Padahal saat itu Andy hanya punya waktu 30 menit untuk wawancara tokoh, sebelum tulisannya jadi dan harus diserahkan pada sekretaris penerbitan, Retno Palupi, yang kelak menjadi istrinya.
Upayanya mengejar waktu dan mengerahkan terbaik dari apa yang dipunya, tidak sia-sia. Sebab, bergabungnya Andy dalam proyek yang diluncurkan penerbit Grafitipers itu menjadi cikal-bakal Andy menyelami jurnalistik. Tidak hanya kemampuan tulis-menulis Andy yang kemudian ditempa, jaringan pertemanannya di lingkaran media dan penerbitan pun meluas. Andy semakin tumbuh matang, sampai banyak media seperti Tempo, Bisnis Indonesia, Prioritas, dan Neraca, berusaha ‘memperebutkan’ Andy. Ini awal Andy menjadi ‘kutu loncat’, karena ia menerima semua tawaran. Alhasil, Andy mengikuti pelatihan dan pengarahan kerja dari satu kantor media ke kantor media lainnya.
Banyak kejutan tak terduga dari pengalaman Andy bekerja di tiap media yang berbeda. Salah satunya ketika Andy yang mulanya bergelut sebagai wartawan ekonomi, harus masuk ke majalah ‘Matra’ untuk menjadi wartawan gaya hidup. Andy serasa kena ‘culture shock’. Ritme kerja yang lebih santai dikarenakan jadwal terbit majalah sebulan sekali, begitu berbedanya tema peliputan, hingga penyamaran yang harus dilakukannya demi pemberitaan terkait bisnis seks, tetap dinikmati Andy.
Namun, jika menelusuri ‘tangga’ karir kewartawanan Andy, bagian paling menarik bisa ditemukan ketika Andy berada di Media Indonesia dan Metro Tv. Dua media di bawah payung Media Group milik Surya Paloh. Kedewasaan dan independensi Andy benar-benar diuji, terlebih lagi Andy harus menghadapi banyak persoalan di tubuh redaksi, mulai dari politik kantor, wartawan nakal yang menerima amplop, pemecatan Andy terhadap teman-teman dekatnya, hingga pertentangannya atas keputusan-keputusan Surya Paloh. Termasuk ketika bos-nya itu berkeinginan masuk ke dunia politik.
Keseluruhan cerita akan perjalanan Andy sebagai jurnalis, membawa kita pada satu cermin yang merefleksikan pribadi seorang Andy Noya. Ia bukan pion yang menundukkan kepala di hadapan atasan sekadar mengiyakan saja, melainkan seseorang yang berusaha mempertahankan kebenaran sejak di dalam pikiran dan di ruang kepala. Lewat lika-liku dan jatuh bangunnya, kita dibuat memahami kembali maksud ‘mencintai apa yang dilakukan dan melakukan apa yang dicintai’. Serta yang tak ketinggalan, adalah ajakan bagi kita semua, khususnya para kuli tinta, untuk menjura pada perjuangan dan kebenaran, yang akhir-akhir ini sering kali diberi pertanyaan dan keraguan.
Biografi Rasa Novel
Selain menyoal Andy dari segi profesi, Kisah Hidupku juga hadir menyajikan potongan masa kecil dan remaja Andy, yang belum pernah diketahui publik. Mulai dari penyesalannya terlahir sebagai keturunan Belanda, sulitnya melewati hari-hari bersama orang tua yang berpisah, kerinduannya pada sosok Ayah, pengakuannya atas keisengan-keisengannya yang hampir mendekati kriminalitas, sampai pahitnya hidup dalam jerat kemiskinan. Semuanya pernah dilakoni Andy, dan keberanian mengisahkannya tanpa kehilangan privasi, merupakan hal yang bisa diapresiasi.
Potongan-potongan tersebut dieksekusi dengan gaya penuturan ‘aku’. Menjadikan sebuah buku biografi bisa dinikmati bagai novel yang ditulis lewat sudut pandang orang pertama. Alasan serupa juga yang membuat buku ini tidak menggurui, sebaliknya, muncul sebagai teman yang mengajak pembaca untuk ikut hanyut dalam lautan kisah di dalamnya. Ada napas inspirasi yang tercium dari nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan yang silih berganti mewarnai tiap kisah yang diceritakan. Lantas merangkul para pembacanya untuk mempertanyakan dan menerjemahkan ulang arti kemewahan, yang sejatinya terletak pada kesederhanaan.
Namun di lain sisi, akan lebih lengkap andai kata biografi ini juga memberikan ruang bagi orang-orang terdekat di lingkaran hidup Andy untuk bercerita mengenai sosok Andy, misalnya penuturan dari sang istri. Sementara itu, berbagai peran yang ‘dimainkan’ Andy dalam buku, seperti sebagai anak, teman, adik, remaja, murid, sampai jurnalis profesional, dihadirkan saling-tumpuk. Walau sudah berupaya disusun sistematis dan kronologis, buku ini masih terlihat bagai memakai ‘plot’ yang maju-mundur. Sehingga terkesan menjadi begitu padat dan ‘menyesakkan’. Karena masing-masing kisah ingin berdiri di depan untuk diberi perhatian.
Peran Baru: Jadi Filantropis
Kalau harus memilih satu bagian favorit dari buku, pilihan akan jatuh pada episode ‘Bertemu Ibu Ana’. Dikisahkan bagaimana Andy akhirnya bisa bertemu Ibu Ana, guru yang mengajar Andy saat ia duduk di SD Sang Timur. Guru yang pertama kali ‘menghidupkan’ lentera jiwa Andy dan menemukan ‘suara’ panggilan hidup Andy, yakni menjadi wartawan. Menariknya, episode ini diletakkan di bab terakhir menjelang penutup. Penanda halus yang seakan mengatakan pada kita semua; sehebat apapun seseorang sekarang hingga menduduki posisi puncak, pada akhirnya kita akan sampai satu titik bahwa kita bukan siapa-siapa. Kita hanya bagian dari rencana semesta dan skenario Tuhan agar menuntaskan misi kebaikan. Karenanya, penting menyadari bahwa begitu banyak orang untuk diberi terima kasih. Mungkin itu juga yang menjadi alasan bagi Andy sekarang ini untuk memberi porsi lebih banyak sebagai filantropis.
Sejatinya, dari banyak peran dan kisah yang saling ‘berdesakan’ ditampilkan dalam buku, Andy telah berhasil menjelma jadi sosok yang punya tempat tersendiri, di hati banyak orang.

12 comments:

  1. Suka dengan penggambaran dan penjabaran resensimu. Rangkaian kata-katanya apik, sampai pembaca langsung "klik" dengan bayangan apa yang sebenarnya ada di dalam buku. Ulasan dari atas sampai bawah betul-betul merepresentasikan apa yang harus disajikan dalam sebuah resensi. Sanking enjoy membaca cuplikan-cuplikan cerita di atas, jadi ingin baca keseluruhan cerita pada buku 'Kisah Hidupku'. Nicely done!

    ReplyDelete
  2. Membaca ini membuatku tertarik untuk membacanya lebih lanjut lagi dengan membeli bukunya. Bahasanya tidak sulit untuk dimengerti hehe :D

    ReplyDelete
  3. Dengan bahasa yang lugas, padat, dan jelas dalam blog ini. Selesai membacanya, menjadi sangat terinspirasi dan penasaran untuk membaca buku "Kisah Hidupku".

    ReplyDelete
    Replies
    1. Segera tuntaskan rasa penasaran dengan beli bukunya ya, hehe. Makasih sudah berkunjung dan baca resensinya :)

      Delete
  4. Resensinya menarik! Jadi ingin cepat-cepat membaca kisah hidupnya Bang Andy Noya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hola Gendis! Haha, iya makasih. Enggak mau baca kisah hidup Vero juga? :p #plak

      Delete
  5. Suka sekali, sepertinya menarik dan inspiratif, mengajak berpikir ulang tentang makna kemewahan yang seringkali kita ukur dengan materi :D

    Dimana ya saya bisa memesan buku ini? Terima kasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alaya! Kangen dah. Iya, pas baca bukunya juga sampai terharu sama jatuh-bangunnya Andy. Bisa dipesan di penerbit PBK atau di toko buku Gramedia, kayaknya masih ada deh. Best seller banget ini buku

      Delete
  6. Baca resensinya bikin penasaran sama bukunyaaaaa
    langsung meluncur ke gramedia deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Ghea :) - silakan meluncur. Jangan lupa balik lagi ke blog ini, baca resensi buku lainnya ya :p

      Delete