Wednesday 13 August 2014

Slipping Away

Aku bertemu dengannya kemarin – perempuan bermafela salju. Rasanya aku tahu apa yang membuatmu jatuh padanya. Dia duduk di sebuah resto kecil, mengenakan sweater ungu dan tidak memesan makanan apapun, sepertinya dia menunggui kawan-kawannya. Jari jemari lentiknya sedang mengutak-atik ponsel layar sentuhnya. Lalu, seorang lelaki berpotongan rambut spike acak-acakkan, yang duduk di belakangnya mulai mengajaknya berbincang. Dan, jika saja kamu ada di sini, bersamaku melihatnya, aku yakin kamu akan berbisik putus asa padaku. Sekali lagi kamu terlambat, maka perempuan bermafela salju itu akan berpindah pada lelaki musim lainnya.
Tapi, aku juga bertemu denganmu kemarin – lelaki bermata jenaka. Dan, rasanya aku tahu apa yang membuatku jatuh padamu. Kamu tenggelam di antara kawanan teman-temanmu, kita saling tersenyum dan aku berusaha memanggil namamu berulang-ulang.
Aku berangan-angan jika saja kamu tahu mengapa.
Karena aku menyukai waktu-waktu ketika aku lepas dari perhatianku sendiri dan terjebak dalam kurungan matamu.
Karena aku terbelenggu olehmu dalam ruang-ruang kenang yang begitu hening.
Karena aku merindukan senyum kecilmu yang penuh, pengalahan-pengalahanmu dan perhatian-perhatian kecil yang kita tukar tanpa harus kita sadari mengapa.
Karena aku pernah berpikir untuk mengenakan gaun putih dimana kamu berdiri di sampingku, memberi sebulat cincin sederhana.
Karena aku sempat mencintaimu.
Dan, karena itu pula, karena itu, karena pula…
Karena-nya, aku menekan itu semua. Membuang angan mengambang yang terombang-ambing itu satu persatu. Menyingkirkan kelebat bayang akan kebersamaan kita.
Tapi, ada satu yang tak pernah hapus dari album kalbu kita yang untukmu akan usai sejenak lagi:.
Tentang kegilaanku.
Yang salah satunya; mencintaimu diam-diam. Sekali lagi.

0 Comments:

Post a Comment