“Cause,
I love you, wether its wrong or right.” –Bedingfield, Daniel-
Aku
duduk di ruang tengah dengan lantunan lagu dari radio malam yang masih menyala.
Kulempar pandangan ke luar kaca jendela yang tak tertutupi gorden, ada gerimis
di luar sana. Aku menutup buku bacaanku dengan sekali katupan dan beranjak ke
luar sana. Aku akan berdialog dengan gerimis, sekali lagi tentangmu. Sebelum
aku mengakhiri tulisan tentangmu di tulisan Last Fall. Selalu tentangmu, bukan
tentang kita, karena ketahulah, kebersamaan dan cinta itu bukan milik kita
berdua.
“Can
we talk forever and have a thousand cup of tea?”
–Chance, Greyson-
Pada
gerimis, aku bercerita, aku ingin kamu tahu, sesugguhnya, aku sudah menyukai teh
jauh sebelum aku mendapati diriku mencintaimu dan mengetahui kamu adalah
pecinta teh. Aku menghabiskan tiga cangkir teh dalam sehari, teh hijau pahit
hingga teh manis. Lalu, aku pun bertanya, apakah kamu teringat padaku saat
hujan itu datang menyapa kaca jendela kamarmu seperti halnya aku mengingatmu
setiap kali aku menemukan sceangkir teh hangat terletak di meja komputerku?
Suara gerimis dengan rintik yang jatuh perlahan pada wajah Bumi menjawabnya
dengan bisu.
“I
don’t want to run away, but I can’t take it, I don’t understand.”
Sepotong
kalimat dalam lagu If you’re not the one
benar-benar meneriakkan apa yang selama ini menjadi dilemma. Sesungguhnya, aku
tengah marah ketika menuliskan ini, mungkin pada diriku juga padamu. Pada
diriku, seperti saat berdiri berhadapan denganmu, mendapatkan kedua manik mata
yang aku tak mengerti mengapa begitu teduh itu, aku tahu aku tak bisa pergi
darinya tapi aku juga tahu, aku tak mungkin bisa memilikinya. Padamu, seperti
saat aku tahu kamu menjauhiku, aku ingin sekali berbisik padamu pelan, jangan
menjauh, jika kamu ingin ada jarak yang jauh di antara kita, aku bisa
menciptakannya, aku saja yang menciptakan jarak jauh itu, aku saja yang
menjauh, jangan kamu, karena melihatmu menjauh adalah hal yang paling menyiksa. Ini mengoyak.
“If
I don’t need you, then why am I crying on my bed?”
Mungkin
itu pertanyaan yang tepat. Ini entah malam ke berapa kuucapkan, aku tak
membutuhkanmu, tapi berkali-kali aku selalu menemukan alasan untuk kembali membisikkan
kata sederhana; aku mencintaimu.
0 Comments:
Post a Comment