Wednesday 15 July 2015

Menyentuh Peri Kecil yang Mengobrol Bersamamu Tiap Hari


Apa kamu punya teman spesial sewaktu kecil dulu – bisa saja itu serupa kawan imajiner, jin yang kamu beri nama, roh penunggu pohon dekat rumahmu yang jadi sahabatmu atau siapapun itu, yang menemanimu tiap harinya dan kamu nyaman dengannya karena alasan sederhana; bisa kamu ajak mengobrol sepanjang hari dan menerima keanehanmu. 
“…suatu hari itu, aku merasakan tubuhku tak kuat lagi, bibirku begitu lelah mendaraskan cerita. Tapi sekalinya bertemu denganmu, aku merasa hidup sekali lagi. Kamu selalu mampu melontarkan topik yang mengajak semangat agar dipompa kembali, dan aku tak pernah ingin kehilangan keceriaanmu di hari-hariku. Itu bagian penting dari warna hidupku.”
Rasanya aku memilikinya – dan menemukannya. Ia adalah perempuan mungil yang pernah kuungkapkan di sini; sosok yang sama, yang kupanggil si peri kecil. Dan, ia nyata. Aku bisa menyentuhnya, dan ia balik merangkulku – di tiap tautan jarinya dan gandeng tangannya, ia adalah yang mengajarkan padaku bagaimana tersenyum di pagi hari setelah menangis di malam harinya. Ia di sampingku dan terus berceloteh tentang apa saja – berbagi rahasia, pengalaman yang serupa pil pahit di pangkal lidah, detak-detak jantung akan pandangan pertama, dan hal-hal remeh-temeh lainnya; itulah ia – membuatmu tidak hanya menjadi anehnya diri sendiri dan utuh diterimanya dalam sederhana; kamu bisa jadi konyol dan gila terus-menerus, tapi karenanya kamu merasa seperti memiliki seseorang. Kamu tak lagi sendiri.
“…kamu menyulap hari-hari sebagai waktu yang gagal untuk mengucapkan selamat tinggal, dan berganti jadi sampai jumpa. Kamu membuat aku menunggu pertemuan kita.”
Dan siang itu – ketika aku dengannya bertingkah seperti seorang bos di sebuah resto – ia bercerita tentang masa-masa sebelum ia jadi peri. Aku akhirnya menyadari satu hal – ia punya sepasang sayap indah yang rapuh oleh kenangan-kenangannya; seputar kehilangan, angan, tinggal dan remah-remah masa lalu lainnya – yang aku yakin siapapun pasti memilikinya dan pernah pasti terluka karenanya. Ingin aku memegang wajah mungilnya dengan tegas sekadar untuk memberinya bisik kecil, jika ia telah menjadi peri kecil yang mampu menyihir orang lain dengan keajaiban mungil yang tak disadarinya.
“…kamu mampu menahan seseorang untuk obrolan panjang, kamu mengetahui apa yang tak kamu tahu, kamu menjadi diri sendiri di tiap kesempatan, berupaya menjadi kuat dan tersenyum pada orang-orang tiap harinya. Itu semua usaha untuk menyebarkan cinta, untuk itu kamu peri yang istimewa, Fransisca Desfourina – lihatlah, kamu punya nama indah yang nyaman dan lembut ketika disebut. Dan, tak ada sihir jahat yang bisa merenggut.”
This entry was posted in

0 Comments:

Post a Comment