Friday 28 July 2023

Kereta Malam dan Hal-hal yang Tidak Akan Kumiliki

Dalam sebuah perjalanan kereta jarak jauh, aku melihat lanskap gunung berganti cepat dari balik jendelaku yang kebetulan buram. Aku menyandarkan kepalaku, mengeluarkan ponsel dan memutar Banda Neira. Kini pemandangan sudah berganti hijau hamparan sawah. Tiba-tiba saja aku berpikir, rasanya seperti dia.

Sumber foto: Unsplash

Sejak dulu, aku percaya jika setiap orang hadir dengan tugas dan tujuannya masing-masing. Kamu di sampingku dan aku belajar cara mencintai. Dia dekat di sini untuk singgah dan ajarkanku cara melepas dengan utuh; tanpa setengah-setengah, tanpa ampun. Dan, karenanya, izinkanku bicara tentang dia - setidaknya untuk terakhir kalinya. 

Aku tidak pernah menemukan gambaran yang tepat untuk mendeskripsikannya. Kami hanya memiliki kurang dari tujuh hari. Tidak ada ruang, apalagi waktu, untuk berhasil. 

Semesta memaksaku memahami bahwa ada hal-hal yang tak akan jadi milikku. Dan, merawat apa yang tersisa adalah sebaik-baiknya yang bisa kulakukan, atau jika tidak, aku hanya menemui kehilangan.

Langit jingga mulai pekat. Malam sudah mampir dan aku belum juga sampai. Lalu, kupikir usaha coba-coba untuk mencintai dia seperti berjalan ke luar kamar di tengah malam.  Aku melangkah dalam diam, penuh hati-hati, khawatir menimbulkan bunyi dan membuat yang lain bangun - yang membuatmu tahu. Itu jalan yang sederhana, sebentar, tapi berbahaya. 

Beri aku satu kesempatan lagi untuk membayangkan dia sebelum aku menutup tulisan ini dan membiarkan semua yang kupunya untuk pergi. Dalam beberapa waktu, aku sering merasa dia mirip laut. Dia punya pandangan yang benar-benar teduh - sama ketika kita memandang jauh ke laut luas dan merasa tenang - sampai kupikir aku bisa berlindung di balik mata itu pada hari hujan. 

Tapi, sama seperti laut, sayang. Aku tak pernah benar-benar tahu apa yang ia simpan. Ombaknya penuh kejutan, dalamnya selalu mampu menenggelamkan. 

Menurutku, salah satu cara menikmati laut adalah diam memotretnya dalam ingatan, menyimpannya baik-baik, dan membukanya lagi ketika rindu. Itulah caraku memperlakukan sesuatu yang kusukai tapi tak mungkin kubawa pulang ke rumah. 

Perjalananku masih jauh. Apa yang ada di luar jendela sekarang sepenuhnya hitam, bintik-bintik cahaya dari lampu kota atau desa tampak seperti kunang-kunang. Kupikir ini waktunya aku mengakhiri bagian yang bahkan tidak sempat dimulai. Sebab, dia datang memang untuk kulepas sesegera mungkin, sebelum aku membunuh apa yang ada di antara kamu dan aku. 

0 Comments:

Post a Comment