Saturday 16 January 2021

Catatan Pendek #NarasiAyah III

Kata kawan dekatku, ia butuh waktu sekitar dua tahun untuk mendapati dirinya tidak lagi merespons kesedihan akan kepergian seseorang. Namun, menurutnya setiap orang punya waktu kedukaan masing-masing. Tidak harus lebih cepat atau lebih lama, pada akhirnya akan tepat waktu.

Sumber foto: Pinterest


Kukatakan padanya dalam sambungan telepon malam itu, kalau aku baru saja menangis sekitar satu jam lalu. Durasinya berkurang tapi frekuensinya tidak. Jika banyak orang bilang waktu perlahan akan menyembuhkan, tapi aku meragukannya.

Aku percaya bukan waktu yang membantumu melepaskan, melainkan kau sendiri. Kira-kira seperti ini, rasa sakit masih melukaimu, kekosongan masih membuatmu asing, dan kehilangan tetap menelanmu dalam sendiri. Namun, sistem pertahanan dirimu diam-diam belajar mengenali jenis kesedihan ini dan pelan-pelan mencari cara tepat mengatasinya. 

Maka itu, kadang kau tak lagi mengingat jauh ketika mendengar namanya disebut atau sederhananya: tak ada tangisan saat benda-benda mati di sekitarmu mencoba mengajakmu mengenangnya.

“Jadi, seharusnya semua baik-baik saja, Ver? Kau hanya butuh memberi waktu pikiran dan hatimu mengenali kehilangan ini dan membiarkan dirimu bekerja mengikhlaskannya.”

Tidak ada jawaban. Lama kemudian aku memutuskan panggilan tanpa sahutan. Aku memilih duduk di pinggir tempat tidur Papa dan berbisik, “Aku hanya takut jika kedalaman diriku sudah lupa caranya…sembuh.”


0 Comments:

Post a Comment