Wednesday, 19 July 2023

Kita dan Komidi Putar

Kita bertemu pada musim panas tujuh tahun lalu. Sejak itu, langit biru dan air hangat jadi ‘waktunya kita’. Namun, suatu hari hujan. Dinginnya diam-diam memasuki selimutku, menggelitik tengkuk, meningkahi tubuh seakan bermain-main. Ia datang bersama mendung yang penuh ragu, tapi bagiku justru terlihat seperti tebak-tebakan. Penuh petualangan.

Dan, secara rahasia ternyata aku menyukainya - hal yang tak kukatakan padamu. 


Photo by Alex Grodkiewicz


Hari ini, kamu datang dengan sekeranjang buah-buahan. Kita pergi ke tempat makan favoritku. Lalu, kubiarkan kamu memilih film untuk ditonton karena aku percaya kamu tahu apa yang kumau. Kata orang-orang, kamu memang musim panas. Kamu seperti matahari dengan agenda penuh kepastian.

Kamu adalah kebutuhan, sementara dia hanya keinginan - yang kusimpan rapat-rapat. 

Sayang, kamu pernah bilang keyakinanku ini konyol, bahwa saat Tuhan menciptakan perasaan cinta, Ia melakukannya sambil bermain dadu. Sebab jika tidak, bagaimana mungkin, aku sudah punya rumah lengkap dengan segala isinya, tapi aku memilih mencopot jendela-jendelanya dan membiarkannya terlihat ganjil dan pincang? Sekadar karena itu baru dan terasa seru. 


Akhirnya, aku mengajakmu duduk di sudut kedai. Kusampaikan ini dengan berani di hadapanmu. Menyayangimu adalah bagian paling mudah. Mencintainya ibarat bermain api - aku perlu hati-hati. Mencintainya seperti aktivitas merokok yang kamu benci. Ia merusakku dengan rapi dan tertib, aku mengetahuinya tapi kesulitan berhenti. Ia candu yang berbahaya, yang sebaiknya kujauhi sejak dini, tapi justru makin kulakoni. 


Bersamamu, aku mengarungi banyak kesempatan dan kemungkinan. Sementara bersamanya, hanya berupa pengandaian-pengandaian. Sebab dia adalah komidi putar. Menyenangkan tapi tidak ke mana-mana. Dia datang dari tempat yang sama sekali berbeda, singgah sebentar hanya sebagai ejekan semesta untuk mengujiku, apakah mencintai datang sepaket dengan kemampuan untuk bertahan? 


Kopi tinggi gula yang kamu pesan, mendadak sisa setengah dan tidak kamu seruput lagi. Ia mendingin sementara kedai memutar lagu yang tak kita sukai. Segalanya terasa mengganggu dan kita ingin sama-sama mengakhiri ini, tapi tidak tahu cara pergi satu sama lain. 


Kamu pun mencondongkan tubuh dan berbisik lirih. Kamu takut kamu telah terjebak. Aku terkekeh geli. Sementara aku takut jika kamu adalah pilihan semua orang, kecuali aku. 

0 Comments:

Post a Comment