Sejatinya, tak
ada rumus untuk mencapai kebahagiaan. Tapi, sesungguhnya, ada jalan untuk
berdiri di titik kebahagiaan itu, kita hanya tidak menyadarinya, kita tengah
berdiri di lingkaran menuju titik itu dan sebuah buku dari Tere Liye berjudul
Ayahku (bukan) Pembohong, sekali lagi, mengantarkan kita melewati lorong dan
membuka pintu pada kebahagiaan yang sebenarnya begitu dekat dengan kita. Dan,
inilah salah satu dongeng Ayah kepada anaknya, anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng,
tentang sesungguhnya, kita bisa menciptakan rumus kebahagiaan itu sendiri, itu
sederhana.
Danau Para Sufi.
Dari semua dongeng yang diselipkan dalam buku Tere Liye yang satu ini, ini
adalah dongeng terakhir yang diceritakan Ayah kepada Dam, anaknya, tentang Dam
yang bersikeras mengatakan bahwa selama Ibunya hidup, Ibunya tidaklah bahagia
karena tak pernah memakai perhiasan dan baju bagus serta rela meninggalkan
popularitas sebagai artis. Dan, dongeng ini sukses mengguggah Dam maupun aku
sebagai pembaca. Dongeng ini menceritakan tentang Ayah Dam yang berkelana untuk
mencari bagaimana seseorang bisa hidup bahagia selamanya, ini pertanyaan klise,
tapi sesungguhnya, kita tak pernah tahu jawaban pasti dan hakekat kebenarannya.
Ayah Dam berpetualang hingga bertemu para sufi, para sufi hanya menggeleng
tidak tahu, pertanyaan tersebut sulit untuk dijawab, para sufi pun menyarankan
Ayah Dam untuk bertemu tetua sufi. Tetua sufi pun berkata, ia tidak dapat
menjawab pertanyaan sulit tsb, namun, ia meminta Ayah Dam untuk mencari jawaban
tsb dengan membuat sebuah danau besar, danau tsb tidaklah boleh kotor oleh
lumpur tanah yang mengalir dari samping maupun dasar. Tetua Sufi tsb akan
datang setahun kemudian untuk melihat danau tsb. Ayah Dam pun menyanggupi, di
tahun pertama, danau tsb belum selesai. Tahun kedua, air tsb belumlah penuh.
Tahun ketiga, air di danau tsb kotor karena pengairan samping yang membawa
sisa-sisa lumpur. Tahun keempat, Tetua Sufi mengacak-acak dasar danau dan
membuat air danau kotor. Tahun kelima, Tetua Sufi datang kembali, ia tersenyum
pada Ayah Dam.
Lalu bertanya pada Ayah Dam; “Apakah kamu masih memerlukan
jawaban atas pertanyaanmu lima tahun lalu?” Ayah Dam menggeleng. Dilihatnya
danau yang telah selesai ia kerjakan dengan susah payah, kini danau tsb walau
terkena aliran lumpur akan kembali bening dengan sendirinya karena Ayah Dam
sudah mengeruk tanah hingga mencapai dasar mata air, sehingga air danau berasal
langsung dari kebersihan mata air, tak ada lagi dasar yang kotor. Dan, Ayah Dam
mengangguk mengerti dan menemukan jawaban itu saat pengerjaannya di tahun
kelima yakni kebahagiaan itu datang dari dalam, diri sendiri. Tidak datang dari
luar. Jika datang dari luar, apabila yang dari luar itu hancur, maka
kebahagiaan itu akan hancur bersamanya. Sering kali kita mengira, uang, harta,
ketenaran dll akan membahagiakan kita, sesungguhnya tidak, kita bisa
menciptakan kebahagiaan kita sendiri. Karena, uang bisa habis, kebahagiaan pun
habis bersamanya, sedangkan kebahagiaan yang kita bangun sendiri, akan abadi
menghadapi celaan dari luar seperti halnya air danau yang muncul sendiri dari
mata air, segera menyapu bersih kotornya lumpur yang masuk. Sesederhana itu
sebuah rumus kebahagiaan. Telah kamu temukankah itu?
0 Comments:
Post a Comment