Sunday 22 July 2018

(Minggu Pertama ) Kelas Penulisan Cerita Anak DKJ 2018: Sebuah Catatan Tentang Buku Anak

Reda Gaudiamo, atau yang akrab disapa Mbak Reda, membuka kelas penulisan cernak pagi itu dengan satu pertanyaan sederhana,
 “Apa yang menarik dari cerita anak?”
Pertanyaan ini membuat satu kelas berpikir sejenak. Dunia anak memang menarik, mengingat apa pun yang dilakukan mereka selalu ada momen ‘kali pertama’ atau ‘pengalaman pertama’. Tapi, kalau cernak, apa yang menarik?
Aku dan Mbak Reda di Kelas Penulisan Sastra Anak DKJ
Fakta Menarik Buku Cernak di Indonesia
Mbak Reda mengemukakan data menarik mengenai buku anak di Indonesia,
“Studi yang dikeluarkan oleh Scholastic tahun 2017 mengungkapkan kalau ada 86% Ayah-Ibu yang disurvei dari 2.718 orang tua dengan anak 6-7 tahun, percaya kalau kebiasaan membaca itu penting untuk masa depan yang baik. Kenyataan ini diperkuat oleh pengakuan 58% anak dari 2.718 anak yang menyatakan sepakat jika membaca cerita itu menyenangkan.”
Hasil dari studi tersebut nyatanya berdampak pada produksi dan penerbitan buku anak di Indonesia. Survei IKAPI tahun 2015 menyebutkan sekitar 22,64% buku anak terbit di Indonesia pada tahun 2014. Trivianya, angka ini membuat kategori buku anak menjadi kategori terbesar dari kategori buku lainnya, dan menariknya, terbesar dua kali lipat dari kategori sastra.
Sampai di sini, bisa disimpulkan, secara permintaan dan penawaran pasar, buku anak cukup tinggi. Kita punya peluang. Besar.
Memahami Apa Itu Buku Anak
“Apakah itu buku anak? Cerita dengan karakter utama anak-anak? Benarkah? Atau, cerita yang mengisahkan kehidupan khas anak-anak?” pancing Mbak Reda.
Namun, bisa ditebak, buku anak bukanlah salah satu dari itu. Jika dibilang buku anak adalah tokohnya anak-anak, bagaimana dengan novel IT karya Stephen King? Tokoh utamanya anak-anak, tapi apakah lantas dibilang novel itu adalah novel anak? Kalau dikatakan buku anak ialah kisah keseharian anak, bagaimana dengan buku anak yang berbau cerita detektif, petualangan, dan lain-lain? Buku anak punya pemahaman yang lebih besar dari itu dan kerap kita lupakan.
“Saya suka definisi cerita anak dar Robyn Opie Parnell, ya. Beliau mengatakan cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk pembaca anak, yang amna dalam cerita tokoh utamanya menyelesaikan masalahnya dengan upayanya sendiri. Bantuan dari tokoh orang dewasa sangat minimal, atau bahkan tidak ada sama sekali. Bagian ini yang sering kita lewatkan. Satu lagi, cerita anak itu tidak melulu berbentuk buku cerita bergambar atau novel anak. Tapi juga bisa dalam wujud posa, puisi, fiksi, hingga nonfiksi,” tambah Mbak Reda.
Jika kita sudah mengerti apa itu buku anak dan cakupan bentukannya yang luas, kita akan lebih mudah menentukan karya cernak seperti apa yang ingin dibuat sebab pilihannya banyak. Bahkan jika dikategorisasi secara lebih spesifik, seperti ini hasilnya:
sumber: PPT Kelas Sastra Anak Reda Gaudiamo
Kalau kamu, tertarik untuk bikin yang mana?
Mengkeksplorasi Jenis Cerita Anak Dan Mengidentifikasi Tantangan Menulisnya
Cerita anak punya banyak jenisnya, tidak kalah dengan jenis cerita dewasa juga. Beberapa jenis cerita anak yang bisa kita selami jika ingin mulai menulisnya, antara lain science fiction, fantasy, horror/ghost stories, action/adventure, true stories, historical fiction, biography, learning/educational, religion/diversity, gender oriented, dan licensed character/ books into brands.
Mengenai jenis buku anak ini, Mbak Reda punya pengalaman tersendiri,
“Buku anak tu banyak jenisnya. Saya ingat sekali pernah membaca komik luar negeri itu isi ceritanya mengenai perang dunia kedua. Gaya berceritanya sangat menarik, ketika dua negara berperang dan sedang sepakat untuk gencatan senjata, komik itu lewat dua karakter dari dua negara berbeda yang berperang itu dikisahkan sedang beristirahat. Ini contoh cara mengenalkan sejarah dunia pada anak-anak lewat cara kreatif. Saya berharap kisah seperti Diponegoro juga disampaikan dengan cara serupa.”
Aku pun setuju dengan Mbak Reda. Kalau diingat lagi, saat kukecil dulu, cerita mengenai kerajaan maupun perang di tanah air, tidak ada yang disuguhkan dalam komik dengan pengandaian-pengandaian yang mudah dicerna anak. Sebaliknya, dihadirkan dalam bentuk buku teks pelajaran yang kesannya menggurui dan membuatku mengantuk, hehehe. Alhasil, aku lari ke komik-komik Donal Bebek. Keadaan ini berbeda sekali dengan keadaan bacaan anak di Inggris. Menurut Mbak Reda, karya Shakespeare sudha dikenalkan dan dibuat versi buku anaknya untuk jadi bacaan anak di sana. Caranya adalah dengan membuat serial Shakespeare khusus anak. Berbagai episode cerita Shakespeare disampaikan secara bertahap, dikenalkan sedikit-sedikit.
sumber: PPT Kelas Sastra Anak Reda Gaudiamo
Akhirnya menyadari justru tantangan buku anak terletak di sini, bagaimana menghadirkan cerita serius menjadi bentuk yang lebih sederhana dan sesuai dengan sudut pandang anak. Ketika kusampaikan ini, Mbak Reda mengamini, 
“Tantangan terbesar menulis cernak memang di situ. Bagaimana kita bisa menerjemahkan hal-hal serius hingga anak memahaminya.”
Bicara soal hal serius, Mbak Reda mengeluarkan koleksi buku anak jenis learning/educational miliknya dulu. Beliau juga menyarankan bagi teman-teman kelas untuk membawa buku anak yang dianggap punya poin menarik untuk dibagikan tiap minggunya, sehingga kita semua bisa belajar sudut pandang anak.
“Ini buku A for Activist. Kenapa menarik? Karena biasanya kita menemukan buku anak learning/educational itu ‘A for Apple’, tapi buku ini berbeda dan berani. Lihat lagi ke halaman selanjutnya, ‘F for Feminist’. Ada yang lebih kontroversial, ‘L for LGBTQ’. Di awal mungkin kita kaget karena ini berbeda dari biasanya, tapi kalau kita berani menengok lebih dalam lagi, apa salahnya dengan kata Activist, Feminist, dan LGBTQ. Hal-hal begitu perlu kita beritahu pengetahuannya sejak dini. Tidak ada yang salah dengan memberi pengetahuan pada anak.”
Contoh lainnya yang dijadikan pembahasan di kelas adalah jenis buku anak gender oriented.  Ini jenis yang sangat spesifik, biasanya ditujukan untuk salah satu gender khusus. Semisal buku ‘I Love My Hair’ karya Natasha A. Tarpley, buku anak ini khusus untuk anak perempuan di Afrika yang sering insecure dengan kondisi rambut keriting mereka dan hendak meluruskannya. Jadi, buku anak itu berusaha memotivasi anak perempuan di Afrika untuk bangga dengan rambut alaminya serta mendorong keyakinan mereka bahwa mempunyai rambut keriting itu tidak ada yang salah. Lainnya yang menarik adalah buku dari jenis religion and diversity. Contoh dari buku anak jenis ini adalah ‘The Sandwich Swap’ karya Queen Rania of Jordan Al Abdullah dan Kelly DiPucchio, yang mana diterbitkan untuk mengenalkan pengetahuan akan Islam pada anak-anak, khususnya anak-anak di Amerika dan Eropa sejak kejadian penyerangan teroris 9/11. Banyak sekali contoh lainnya yang dibawa dan dibahas Mbak Reda, namun yang jadi penekanan adalah,
“Apa pun bisa diajarkan. Enggak harus hal yang baik-baik saja dan enggak melulu mengangkat topik aman. Jadi, berhentilah menabukan banyak hal.”
Tips Awal Menulis Cerita Anak
Setelah punya pengetahuan mendasar mengenai kondisi pasar buku anak, definisinya, jenis-kategorinya, dan tantangannya, kini saatnya menulis dan mengurai kesulitan-kesulitannya. Tips utama dari Mbak Reda untuk bisa melihat seperti pandangan anak adalah milikilah pandangan yang sederhana tapi istimewa. Lalu, berceritalah dengan simpel dan baik. Simpel artinya kita coba menempatkan diri menjadi si anak yang semua pengalaman dalam hidupnya serba pertama kali. Baik artinya kita harus menulis dengan tata cara yang benar, jadi ayo belajar lagi pedoman UKBI dan KBBI.
“Begini yang saya maksud soal sederhana tapi istimewa. Acap kali kita melihat radio sebagai salah satu medium mendengar berita/informasi, lagu, dan lain-lain. Itu pandangan kita sebagai orang dewasa. Coba kalau kita jadikan diri kita anak kecil yang baru pertama kali dengar radio, anak itu pasti bingung karena bagaimana caranya benda itu bisa mengeluarkan suara. Mungkinkah ada penyanyi di dalamnya? Lalu anak itu mulai menempelkan telinganya ke pelantang suara radio, dan memicingkan matanya, mencari tahu di mana si penyanyi dan bagaimana bisa ada penyanyi masuk ke dalamnya sampai menghasilkan lagu,” jelas Mbak Reda. Beliau juga berpesan, berpandanga istimewa namun sederhana ini bisa dilatih. Caranya mudah, banyak baca! Itulah alasan mengapa sejak awal dikenalkan banyak jenis buku anak beserta contohnya.
Lebih jauh lagi, Mbak Reda mengajak teman-teman kelas untuk mengakses tautan dari Sarah Maizes, mengenai ‘WantTo Write A Good Children’s Book? Here are 7 Tips to Guide You’. Setelah kuakses dan kubaca, inti dari bahasan Mbak Reda dan Sarah Maizes adalah sama: pakailah sudut pandang anak-anak yang serba pertama kali! Karena dari sana, kita akan dapat pandangan unik dan berbeda.
Kalau mau tips lebih banyak lagi, kita bisa coba cari di sini:
sumber: PPT Kelas Sastra Anak Reda Gaudiamo
Catatan Penting Mengenai Dunia Penulisan Buku Anak
Buat kita yang sering bertanya apakah anak akan mengerti jika kita membuat cerita yang seperti ini atau itu tanpa menyelipkan pesan moral secara langsung, dan lain-lain? Begini jawaban Mbak Reda: 
“Jangan anggap anak-anak, kita meremehkan. Mereka makhluk yang cerdas!”
Pertanyaan lainnya, apakah oke jika menyampaikan isu serius? Caranya bagaimana? Begini tanggapan Mbak Reda: 
“Isu serius bisa disampaikan pada anak-anak. Caranya: menulis dengan sederhana, jadi perbanyaklah latihan. Salah satu latihannya selain terus dan sering menulis, banyak-banyaklah membaca! Soalnya menulis dengan baik itu dimuali dari membaca buku-buku yang baik.”
Terus, ada lagi pertanyaan, buku anak yang baik itu yang seperti apa sih? Mbak Reda menjawab: 
“Buku anak yang baik, akan disukai oleh orang dewasa. Contohnya juga sudah banyak seperti serial Harry Potter-nya J.K Rowling, atau novelnya John Boyne yang sudah difilmkan juga berjudul ‘The Boy in the Striped Pajamas’.”
Dari semua pertanyaan-pertanyaan itu, Mbak Reda memberi catatan khusus yang diulang berkali-kali oleh beliau pada seluruh peserta kelas, 
“Buku cerita anak itu bukanlah buku pelajaran agama, juga bukan khotbah!”
Begitu catatan pelajaran dari kelas penulisan sastra anak DKJ pada pertemuan pertama ini, yang bisa kubagikan buat teman-teman. Sampai jumpa di postingan minggu depan lagi yah mengenai hasil dari pertemuan kedua. Semoga bermanfaat dan bersama bangkitkan lagi gelora sastra anak nusantara!


This entry was posted in

0 Comments:

Post a Comment