Saturday 10 September 2011

Semangat 66 Tahun: Parodi Kucing Kolombia


Umur Indonesia sudah cukup renta. 66 tahun. Menurut penanggalan Hijriyah, 68 tahun. Angka enam-puluhan telah kita capai. Indonesia semakin dewasa.  Umur kemerdekaan kita semakin matang. Di atas kertas, mungkin tertulis seperti itu. Namun, akankah benar-benar matang? Saat Tujuh Belas Agustus kemarin, saya menyaksikan satu pemberitaan TV yang begitu memiriskan hati. Dalam pemberitaan tsb, dikabarkan bahwa semangat nasionalisme warga menyambut ultah ke 66 ini memudar drastis dari tahun sebelumnya. Ini terbukti dengan liputan di beberapa desa dan bahkan pertokoan/gedung perkantoran, tidak memasang bendera Merah-Putih saat tanggal 17 sudah di depan mata. Padahal, pada tahun sebelumnya, seminggu sebelum kemerdekaan, kain Merah Putih sudah menghiasi gedung dan perumahan. Ironi. Ketika ditanya mengapa, bahkan ada yang mengatakan lupa. Susah memasangnya. Sibuk mencari uang dsb. Ya, ironi, ironi dan ironi. Kemerdekaan mungkin semakin tua semakin tidak matang. Kemerdekaan sekarang ialah kemerdekaan mungkin terjadi ketika Kucing Kolombia bungkam seperti sekarang. Lah? Apa maksudnya? Ya, kemerdekaan bagi tikus-tikus yang disebut namanya. Tikus-tikus yang kalang kabut membuat perisai sebelum kucing Kolombia datang ke Indonesia. Lalu, ketika datang, perisai itu dikeluarkan kekuatannya hingga membuat si kucing bungkam dan tidak memunculkan taringnya untuk menjerat para tikus. Perisai berupa ketakutan, kecemasan, dan tekanan. Jreenggg, menyerang secara abstrak. Bahkan, kekasih kucing Kolombia pun kabur entah kemana, Singapura atau apalah. Mungkin jika tertangkap, mengaku sakit. Ah, sinetron tikus-tikus politik. Mari kita ganti channel. Mari kita cari channel mengenai kemerdekaan sekarang dari sudut semut-semut kecil, ah, lihatlah mereka, susah payah bergotong royong mencari makanan untuk Ratu semut mereka, semut pekerja bekerja keras pagi siang malam. Ah, reality show lampu merah. Lah? Berarti kemerdekaan ke 66 tahun ini, diisi oleh banyak cerita sinetron dan reality show? Berarti diuat-buat dong? Skenario? Namun, tahun ini, settingnya di Kolombia. Pemain-pemainnya terus berganti-ganti. Tapi, perannya tetap sama, itu-itu saja, koruptor. Konfliknya juga itu-itu saja, korupsi, gratifikasi, dll. Lalu, kapan dibuat episode yang lebih menyegarkan? Lebih baru? Fiuh, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang…bagaimana caranya. Jangan tanya pada saya atau orang-orang, karena mereka pasti akan menjawab: Sssssttt, nih lagi sibuk nonton sinetron Kucing Kolombia nih. Mending, kamu ikutan nonton, nih cemilannya, Sari Roti, mau?

0 Comments:

Post a Comment