Umur
Indonesia sudah cukup renta. 66 tahun. Menurut penanggalan Hijriyah, 68 tahun.
Angka enam-puluhan telah kita capai. Indonesia semakin dewasa. Umur kemerdekaan kita semakin matang. Di atas
kertas, mungkin tertulis seperti itu. Namun, akankah benar-benar matang? Saat
Tujuh Belas Agustus kemarin, saya menyaksikan satu pemberitaan TV yang begitu
memiriskan hati. Dalam pemberitaan tsb, dikabarkan bahwa semangat nasionalisme
warga menyambut ultah ke 66 ini memudar drastis dari tahun sebelumnya. Ini
terbukti dengan liputan di beberapa desa dan bahkan pertokoan/gedung
perkantoran, tidak memasang bendera Merah-Putih saat tanggal 17 sudah di depan
mata. Padahal, pada tahun sebelumnya, seminggu sebelum kemerdekaan, kain Merah
Putih sudah menghiasi gedung dan perumahan. Ironi. Ketika ditanya mengapa,
bahkan ada yang mengatakan lupa. Susah memasangnya. Sibuk mencari uang dsb. Ya,
ironi, ironi dan ironi. Kemerdekaan mungkin semakin tua semakin tidak matang.
Kemerdekaan sekarang ialah kemerdekaan mungkin terjadi ketika Kucing Kolombia
bungkam seperti sekarang. Lah? Apa maksudnya? Ya, kemerdekaan bagi tikus-tikus
yang disebut namanya. Tikus-tikus yang kalang kabut membuat perisai sebelum
kucing Kolombia datang ke Indonesia. Lalu, ketika datang, perisai itu
dikeluarkan kekuatannya hingga membuat si kucing bungkam dan tidak memunculkan
taringnya untuk menjerat para tikus. Perisai berupa ketakutan, kecemasan, dan
tekanan. Jreenggg, menyerang secara abstrak. Bahkan, kekasih kucing Kolombia
pun kabur entah kemana, Singapura atau apalah. Mungkin jika tertangkap, mengaku
sakit. Ah, sinetron tikus-tikus politik. Mari kita ganti channel. Mari kita
cari channel mengenai kemerdekaan sekarang dari sudut semut-semut kecil, ah,
lihatlah mereka, susah payah bergotong royong mencari makanan untuk Ratu semut
mereka, semut pekerja bekerja keras pagi siang malam. Ah, reality show lampu
merah. Lah? Berarti kemerdekaan ke 66 tahun ini, diisi oleh banyak cerita
sinetron dan reality show? Berarti diuat-buat dong? Skenario? Namun, tahun ini,
settingnya di Kolombia. Pemain-pemainnya terus berganti-ganti. Tapi, perannya
tetap sama, itu-itu saja, koruptor. Konfliknya juga itu-itu saja, korupsi,
gratifikasi, dll. Lalu, kapan dibuat episode yang lebih menyegarkan? Lebih
baru? Fiuh, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang…bagaimana caranya. Jangan
tanya pada saya atau orang-orang, karena mereka pasti akan menjawab: Sssssttt,
nih lagi sibuk nonton sinetron Kucing Kolombia nih. Mending, kamu ikutan
nonton, nih cemilannya, Sari Roti, mau?
Saturday, 10 September 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comments:
Post a Comment