Thursday 31 May 2012

Still...(9)


“Love. Its already happened. I can’t change this feelin’, but, i can try it to be forgotten. Its such of another sad words for you, when some love songs already sung to memorize and remember moment of you. When i hope you hold my my hand, take me to the place we were use to be together, but, it just like ur broken promises. And, i want you know that i never moving on from you.”
 

Jika orang banyak yang berkata ada dua jenis cinta, yaitu cinta yang memiliki alasan dan yang tak beralasan, mungkin, aku tak masuk di antara keduanya karena aku berada di antara keduanya.
I love him with a reason, but, i have no reason to let him go.
Aku mencintainya dengan sebuah alasan, tapi, aku tidak punya alasan untuk melepaskannya.
Karena, aku tidak pernah ingin menemukan alasan agar bisa melepaskannya dan karena aku selalu ingin memiliki alasan untuk mempertahankannya walau alasan itu berupa tidak ada alasan.
Love is blind. Its because cupid painted love with heart not eyes. So, love is feel. Feel is a heart. And, the heart is in you.
Tapi, kamu terus mencari. Aku terlewati. Berusaha terganti, padahal, aku hanya bersembunyi, menunggumu berkata; inilah yang akan menemani dan kumiliki.
Like i wait and guess you’ll become the first and the last, but, i can’t denied that you never remember, just hope that you never let me go, listen to me, there’s a time to greet, so, kiss me and smile for me and say you love me...
Aku tidak memakai kata forever, selamanya.
‘Cause, i’m afraid, if this our last forever, so, what’s forever for?
Ini hanya berupa goresan kenangan yang tak pernah habis tentangmu. Mungkin, kamu kini hanyalah menjadi bagian dari pembentukan khayalanku, kamu bukan lagi kenyataan yang bisa kusadari untuk kurasa. Bukan lagi. Dan, takkan lagi. Tak pernah lagi.
Still...its you...

Monday 28 May 2012

Still...(8)


Like what my heart ever shouted in every night ago; I just tried to say good bye. I also tried to live without you, but, I found that I can’t.  I pretend to play cool, but, everyone know, that I’m fallin’ into you. 

Aku ingin kamu tahu satu hal tentang cinta. Cinta itu bukan seperti apa yang ada di pikiranmu. Cinta itu bukan sentuhan. Cinta itu bukan kegalauan. Cinta itu bukanlah sepotong hati. Cinta itu ialah ketika kamu masih bisa mendengar di antara kebisuan. Cinta itu ketika kamu masih bisa melihat di antara kebutaan. Cinta itu ketika kamu masih bisa menyentuh di antara kejauhan jarak. Cinta itu ialah ketika kamu melihat rembulan dan mengatakan rembulan itu begitu cantik memesona lalu saat itu, kamu menyadari, bukan rembulan itu yang cantik, tapi karena kamu melihat bayangan cinta di sana.  Dan, satu lagi, cinta itu…kamu.
Di suatu sore, saat senja mencoba mengusir pergi matahari siang, aku duduk di pinggir sebuah lapangan basket. Saat itu, kosong. Lapangan hanya disirami dan dimainkan hingga mengering oleh pertarungan sengit senja dan terik siang. Lalu, sekelompok mahasiswa sekitar empat orang, berlari mengisi lapangan itu, dua orang lainnya sibuk dengan bola futsal mereka, dan dua lainnya mendribel bola basket, aku tertarik mengamati seorang mahasiswa bertubuh sedang berkaus hijau tua, ia memainkan bola basket dengan baik, membuat bola itu mengelilinginya, lay up shoot berkali-kali dan banyak hal. Lalu, semakin lama, hingga setengah jam, aku merasakan ia menjadi objek seluit dari senja yang akhrinya memenangkan pertarungan. Ingin sekali aku memotretnya, namun, kurungkan itu. Aku biarkan itu menjadi potret tak berbingkai.
Lalu, saat itu, kamu melintas di benakku, aku ingat ketika kamu berkata kamu mencintai basket, aku pun ingat, aku tak pernah melihatmu bermain dengan bola itu, terakhir, aku hanya melihatmu menentengnya di lorong kelas. Saat itu, perhatianku buyar terhadap mahasiswa basket itu, seorang sahabtaku menepuk bahuku dan mengajakku pulang. Ragaku mungkin pulang, tapi, pikiranku yang merekam mahasiswa itu tak pernah kembali pulang, ia terus di sana, dan, benakku yang memotret sekilas bayanganmu pun tak pernah kembali pulang seperti semula, potert bayangmu, walau samar, masih ada. Walau terkadang, tak kurasakan lagi getaran tiap menyebut namamu, tak kudapati lagi diriku tersenyum kecil tanpa sebab karenamu, dan yang terpenting, tak lagi ada cinta yang penuh di hati ini untukmu. Karena, aku akhirnya lelah.
Like what my close friend always said to me that; Nothing hurts more than waiting…